Merasakan Sensasi Touring Dari Titik Nol Nabire Ke Air Terjun Bihewa Menggunakan Sepeda

Sabtu lalu (7/1/2016) saya bertekad berangkat touring ke air terjun Bihewa yg baru ditemukan tahun lalu (18 Maret 2016). Tekad ini didasari oleh rasa penasaran saya dengan air terjun tersebut karena pernah masuk berita di Metro TV, stasiun TV lokal (Nabire TV)  pun tak luput dari peliputannya, bahkan saya pernah melihat liputan ekspedisi pencarian air terjun Bihewa di Nabire TV pada Maret 2016.

Tujuan Tim Ekpedisi ini adalah untuk menemukan air terjun tersebut dan menggali potensi yang ada. Berdasarkan perhitungan sementara Tim Ekspedisi dari sisi pemanfaatan air sebagai sumber daya listrik, anak air terjun Bihewa dengan ketinggian 40 meter dan debet air 4 meter/detik ini dapat menghasilkan potensi sumber daya listrik sebesar 1255 Kw/1,5 Mega Watt yang dapat di gunakan pada 900 rumah warga rumah warga dengan besar penggunaan masing-masing rumah sebesar 1.300 watt.

Hari keberangkatan

Sehari sebelum keberangkatan saya mengajak teman-teman di komunitas sepeda NBC (Nabire Bicycle Club) untuk touring ke sana tetapi tidak ada yg mau karena jaraknya yg jauh, akhirnya hanya ada seorang teman yg merespon dengan catatan harus berangkat pagi dari kota. Sabtu pagi kami berdua mulai berangkat dari kota (Nabire) pukul 07.00 Wit. Sebelum berangkat, kami mereset speedometer di sepeda kami ke angka nol tujuannya supaya kami dapat mengukur jarak ke tempat tujuan.

Selama perjalanan berangkat kami sesekali berhenti untuk istirahat dan menambal ban, kebetulan ban depan teman saya bocor dan ia lupa membawa ban cadangan. Pukul 12.30 Wit kami sampai di pos penjagaan pintu masuk air terjun Bihewa, speedometer kami sudah menunjukkan angka 83 km jarak dari titik awal kami berangkat. Kami berdua memutuskan untuk beristirahat selama 1 jam di pos tersebut.

Kami sempat berbincang-bincang dengan masyarakat lokal yang menjaga pos tersebut, kami menanyakan tarif masuk lokasi air terjunnya, tarifnya cukup mahal dibandingkan lokasi wisata di daerah pulau jawa, yaitu tarif 1 mobil = Rp 100.000, tarif 1 motor = Rp 20.000, lantas saya menanyakan bagaimana kalau tarif sepeda ? Mereka mengatakan sepeda tidak usah bayar karena sudah jalan jauh. (Alhamdulillah… masuk gratis hehehe…)

Tepat pukul 14.00 Wit kami melanjutkan perjalanan ke lokasi air terjunnya, menurut keterangan orang yang menjaga pos, jaraknya dari pos ke air terjun masih sekitar 3 km lagi dengan medan curam dan berbatu. Betul saja di tanjakan awal kami bisa melewatinya,  mulai tanjakan kedua sampai selanjutnya kami hanya menuntun sepeda saja karena medan jalan yg berlumpur. Di sini mental kami mulai menurun karena berdasarkan keterangan orang-orang yang kami temui saat berpapasan,  jaraknya masih jauh dan harus  melewati beberapa tanjakan lagi dengan medan tanah berlumpur.

Kami beristirahat dulu sambil mengatur nafas dan meminta air minum dari pengunjung yg baru saja turun (persediaan air minum kami habis). Singkat cerita kami sampai di lokasi air terjun pukul 15.00 Wit dan speedometer kami menunjukkan angka 86 km (berarti benar yg dikatakan orang yg menjaga pos penjagaan jika jaraknya dari pos sampai air terjun masih 3 km lagi).

Sesampainya kami di air terjun kami langsung berendam di dalam air bersama sepeda kami. Saya kemudian jalan ke bagian atas air terjun dan ternyata masih ada air terjun yg lebih tinggi lagi menurut keterangan tingginya sekitar 40-50 meter. Rasa lelah pun akhirnya terbayarkan dengan keindahan air terjun ini.

Saya sempat bertanya kepada pengunjung yang berada disitu, “mana tingkatan air terjun lainnya?”  Katanya “kalau mau lihat air terjun yang lebih tinggi dan lebih bagus lagi naik ke atas”.

Ternyata kami ini baru menjumpai anak air terjunnya yang paling rendah! Ada beberapa tingkatan air terjun lagi di bagian atasnya. Saya melihat benar ada jalan setapak ke arah atas tetapi tidak ada orang yg naik,  saya pun ragu untuk melanjutkan ke atas karena hari sudah sore dan saya pun harus melanjutkan perjalanan pulang sebelum gelap.

Menginap Semalam

Akhirnya kami pun memutuskan turun dengan menaiki sepeda dan waktu tempuh sampai pos penjagaan hanya 10 menit (bayangkan jika dibandingkan dgn waktu mendaki, butuh 1 jam!), dari pos penjagaan kami melanjutkan perjalanan pulang dan karena hari sudah mulai mulai gelap kami memutuskan untuk menginap semalam di SP 2 Distrik Makimi (Kawasan Transmigrasi). Keesokan harinya (8/1/2016) kami melanjutkan perjalanan kembali,  mengingat perjalanan masih sekitar 50 km lagi ke arah kota kami memutuskan untuk berangkat pukul 07.00 Wit dengan ritme kayuhan yg santai dan menikmati pemandangan sambil sesekali foto-foto di perjalanan, kali ini kami punya kesempatan foto lebih banyak dibandingkan waktu berangkat. (hehehe…)

Kami sampai di kota kembali pukul 10.00 Wit dan speedometer menunjukkan angka 162 km jarak yg sudah ditempuh.

Menurut saya untuk selanjutnya jika ada kesempatan touring ke sana lagi bersama teman-teman komunitas, lebih baik membawa mobil bak terbuka untuk proses evakuasi karena memang medannya sangat curam.

[Nabire.Net/Okiawan.Waseso]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *