Menggali Eksotisme Pulau Ahe, Surga Kecil Di Nabire Papua

(Pulau Ahe/Credit. Instagram @Satya_Kusumah)

Nabire – Bagi warga Nabire, Papua, keindahan Pulau Ahe sudah sangat tersohor, bahkan banyak wisatawan domestik hingga mancanegara yang mengakui keindahan pulau yang berada di gugus kepulauan Harlem ini.

Pulau Ahe yang berada di Distrik Moora, kabupaten Nabire, memiliki luas kurang lebih 300 meter persegi. Salah satu keunikan dari Pulau Ahe yaitu adanya bangkai pesawat tua peninggalan tentara Sekutu jaman Perang Dunia II yang sebagian besar sudah dipindahkan ke daratan.

Hamparan perairan yang dihiasi terumbu karang dan kekayaan biota lainnya menambah keindahan pulau ini. Obyek wisata ini dikelola oleh masyarakat setempat dibawah koordinasi Dinas Pariwisata Kabupaten Nabire dan Provinsi Papua.

Untuk mencapai tempat wisata ini, harus menggunakan speedboat dan longboat selama kurang lebih 20 menit dari ibukota Distrik Moora atau memakan waktu 1.5 hingga 2 jam dari kota Nabire.

Pulau Ahe sangat diminati sebagai destinasi wisata pantai favorit bagi wisatawan asing dari Eropa, yang selalu menghabiskan liburan musim panas di pulau ini.

(Pulau Ahe/Credit.Instagram @iqfal)

Pulau ini sebelumnya pernah dikelola oleh pria asal Belanda, bernama Arne Pijnakker atau sering disapa Mr. Arne. Namun karena konflik antara Mr. Arne dengan warga pemilik ulayat, pemerintah kabupaten Nabire memutuskan mengembalikan hak ulayat kepada warga setempat dan Mr. Arne tidak lagi mengelola pulau ini.

(Baca Juga : Sengketa Pulau Ahe Belum Usai)

Saat masih dikelola oleh Mr. Arne, wisatawan sangat mudah menjumpai satwa Kusu Tanah, Kuskus dan Mambruk. Ketiga hewan ini sengaja dikembangbiakan untuk mengisi pulau.

Selain itu sangat mudah menjumpai beraneka jenis ikan di pantai Ahe, bahkan wisatawan bisa bermain-main sambil memberi makan ikan yang jinak.

(Pulau Ahe, Pulau Mambor dan Pulau Mowirin/Kapotar/Credit.Julius.Oei)

Namun, kondisi Pulau Ahe selepas ditinggal Mr.Arne nampak kurang terawat. Hanya terlihat bekas-bekas homestay.

(Homestay di Pulau Ahe/Credit.Instagram @Zeblon_Magai)

Kusu tanah dan hewan lainnya yang dulunya banyak, saat ini sudah sulit dijumpai, begitu pula dengan ikan, sangat sulit dilihat. Hewan seperti Kusu tanah dan Kuskus lebih banyak diburu.

(Kuskus/Credit.Instagram @458scuderia)

Disamping itu, permukaan pulau dipenuhi semak belukar, dan tampak beberapa titik terlihat tumpukan sampah plastik.

Belajar dari masa lalu, setiap pengelolaan pulau oleh orang asing harus memperhatikan kearifan lokal setempat. Selain itu harus berkontribusi ke masyarakat pemilik ulayat.

[Nabire.Net/Hari.Suroto]


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *