Adolfina Kum: Tailing Freeport Telah Merusak Kehidupan Warga Mimika Timur Jauh

Adolfina Kum: Tailing Freeport Telah Merusak Kehidupan Warga Mimika Timur Jauh

(Adolfina Kum: Tailing Freeport Telah Merusak Kehidupan Warga Mimika Timur Jauh)

Mimika, Sejak Kehadiran PT. FREEPORT Tahun 1967 melalui undang-undang Penanaman Modal Asing No.1 tahun 1967 di wilayah adat Suku Amungme dan Kamoro telah membawa berbagai aspek perubahan lingkungan hidup dan kerusakan lingkungan hidup.

Hal itu disebabkan karena keberadaan perusahaan pertambangan PT. Freeport Itu membuang limbah beracun kimia ke Sungai Ajikwa /Wanogong suku asli di wilayah pesisir Timika yakni suku Amungme, dan suku Sempan di Distrik Agimuga, Distrik Jita, Distrik Manasari di Wilayah Mimika timur jauh menjadi malapetaka yang harus diderita bertahun-tahun.

Hal itu dikatakan Koordinator, Lembaga Peduli Masyarakat Mimika Timur Jauh (Lepemawil) Mimika Timur, Adolfina Kum, dalam Dialog yang dilaksanakan Poksus DPR Papua di Jayapura (1/11).

Lebih lanjut Kum mengatakan, selama 10 tahun sejak 2013 komunitas kami advokasi non litigasi dengan mediasi , sosialisasi pendokumentasian, riset, kampanye, membangun pendidikan kesadaran bagi perempuan korban di area lingkar tambang, loby /negosias! ke pemerintah dan Perusahaan terkait dampak pembuangan limbah ke wilayah pesisir.

“Kami bicara soal nasib 6,484 (data statistik timika dalam angka tahun 2019 – 2020 ) Penduduk di 3 Distrik yaitu Distrik Agimuga, Distrik Jita dan Distrik Manasari, saat ini tidak lagi memiliki akses Jalur transportasi laut karena sungai yang menjadi jalur transportasi utama mereka telah mengalami sendimentasi dan pendangkalan akibat pembuangan limbah,” katanya.

“Sebagai anak adat dan juga sebagai perempuan pemberi kehidupan disekitarnya mempunyai tanggung jawab untuk memediasi masalah ini kepada pihak Pemerintah, LSM, Lembaga Adat dan PT Freeport sebagai pelaku akar masalah ‘Pencemaran Lingkungan’ serta “Pembunuh Segala Habitat’ di tanah Amungsa bumi Kamoro,” ujarnya.

Berikut Permasalahan yang ditemukan di lapangan :

1. Hilangnya Budaya dan Mitos Suku Asli Setempat

2. Hilangnya Mata Pencaharian

3. Krisis Pangan Lokal

4. Krisis air bersih

5. Kesehatan Terganggu

6. Pohon Mengering

7. Kematian Ikan secara Massal

8. Tertimbunya Sungai Oleh Limbah

9. Akses Jalur transportasi laut yang terisolir

10. Pengungsian Masyarakat Adat

Kehadiran Freeport selama 56 tahun bagi suku Amungme, Kamoro,dan Sempan, merubah kehidupan peradaban mereka, pembuangan limbah beracun kimia ke sungai Ajikwa/Wanogong berdampak sungai-sungai tercemar, krisis air bersih, ekosistem laut dan darat rusak terkontaminasi limbah ,tempat keramat hilang, degradasi pulau kecil, kematian ikan secara masal, makanan laut mulai mati perlahan-lahan, sehari-hari mereka menghirup dan mengkonsumsi air sungai yang tercemar, kehilangan produksi pangan lokal (sagu) ubi, talas dan pisang kehilangan tempat berburu, di hutan, sungai, laut, pohon mengering, sungai jadi dangkal dan hilang karena sendimentasi, kehilangan dusun yang berakibat pengungsian di atas tanah adat mereka sendiri.

Akibatnya wabah penyakit kulit, penyakit menular, sesak nafas, badan gatal-gatal, gangguan pernapasan adalah penyakit yang sering dijumpai dalam masyarakat di kampung seolah-olah ini jadi penyakit turunan moyang mereka.

Setelah mendengar pemaparan, Ketua Poksus DPR Papua, John NR Gobai mengatakan hari ini kami mengadakan kegiatan dialog dalam rangka mendengarkan keterangan dan informasi dari aktivitas lingkungan di Mimika ibu Doli Kum dan timnya.

Tim ini selalu melakukan advokasi terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi dan pendangkalan sungai yang terjadi di Mimika Timur jauh. Kerusakan lingkungan ini menurut informasi terjadi karena operasi dari pertambangan PT Freeport Indonesia.

Sesungguhnya sebagai anggota DPR Papua yang mewakili wilayah dari Nabire sampai dengan Mimika kami juga sudah sering melakukan kunjungan ke sana dan mendengarkan langsung keterangan yang disampaikan oleh warga yang ada di Mimika termasuk dari rekan-rekan anggota DPRD Kabupaten Mimika.

Selanjutnya juga akan dilakukan fokus grup diskusi dalam rangka mencari solusi dan menjembatani tim ini untuk dapat berkomunikasi dengan pihak-pihak terkait melalui fokus grup diskusi.

Kami percaya Tuhan pasti menolong kami.

[Nabire.Net]


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *