Teror Bangkai Kepala Babi Terhadap Mahasiswa Papua di Bali, Kontras Minta Polisi Bertindak

(Teror Bangkai Kepala Babi Terhadap Mahasiswa Papua di Bali, Kontras Minta Polisi Bertindak/Dokpri.Jeeno Alfred Dogomo)
Nabire, 9 Juni 2025 – Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (KontraS) mengecam keras aksi teror berupa pengiriman bangkai kepala babi busuk kepada dua aktivis Aliansi Mahasiswa Papua (AMP) di Denpasar, Bali, pada Jumat, 6 Juni 2025. Tindakan ini dinilai sebagai bentuk intimidasi yang mengancam kebebasan berekspresi dan bertentangan dengan prinsip demokrasi.
Wakil Koordinator Bidang Eksternal KontraS, Andrie Yunus, menyatakan bahwa pengiriman paket teror tersebut merupakan upaya menakut-nakuti mahasiswa Papua yang aktif menyuarakan kritik terhadap situasi di Papua.
“Hal ini jelas merupakan perbuatan tercela yang bertujuan mengintimidasi aktivitas mahasiswa Papua di Bali. Mereka secara konsisten menyuarakan kritik atas kekerasan bersenjata, perampasan ruang hidup, dan kerusakan lingkungan di Papua,” tegas Andrie, Senin (9/6/2025), dilansir dari Tempo.
Sasar Aktivis AMP: Wemison Enembe dan Yuberthinus Gobay
Dua aktivis yang menjadi sasaran teror adalah Wemison Enembe, Ketua AMP Komite Kota Bali, dan Yuberthinus Gobay, pengurus nasional AMP. Keduanya dikenal aktif menyuarakan isu-isu hak asasi manusia dan lingkungan di Papua.
Paket teror tersebut mencantumkan nama kedua aktivis serta label “buku Papua Bergerak”. Namun, ketika dibuka, isi paket justru berupa bangkai kepala babi busuk dan tanah, bukan buku seperti yang tertera.
Polanya Berulang: Teror terhadap Suara-suara Kritis
Andrie juga menyinggung pola serupa yang menimpa pihak-pihak lain yang kritis terhadap kebijakan pemerintah. Ia mencontohkan kasus jurnalis Tempo dan aktivis lingkungan Delima Silalahi di Sumatera Utara, yang rumahnya juga dikirimi bangkai hewan.
“Ada rentetan teror yang dialami mereka yang kritis terhadap kebijakan rezim Prabowo-Gibran. Polanya serupa: intimidasi melalui simbol-simbol kekerasan,” ujar Andrie.
Ia mengkritik kegagalan aparat penegak hukum dalam mengusut pelaku teror sebelumnya, yang dinilainya justru memperkuat budaya impunitas di Indonesia.
“Kegagalan polisi dalam mengungkap pelaku membuat intimidasi semacam ini menjadi pola berulang. Ini membahayakan demokrasi dan menciptakan rasa tidak aman di tengah masyarakat,” tambahnya.
KontraS Desak Polri Usut Tuntas
KontraS mendesak Kepolisian Republik Indonesia (Polri) untuk mengusut tuntas rangkaian teror terhadap aktivis dan jurnalis, demi menjamin hak warga atas rasa aman.
“Kami mendesak Polri serius menindaklanjuti kasus pengiriman bangkai hewan ke para aktivis, agar tidak terus berulang. Negara harus hadir menjamin kebebasan berekspresi dan hak atas rasa aman bagi setiap warga,” tutup Andrie.
[Nabire.Net]
Tinggalkan Balasan