Mahasiswa Dogiyai : “Relokasi Ibukota Dogiyai Ke Pona Berpotensi Merusak Tatanan Hidup Rakyat & Alam”
Dogiyai – Pemkab Dogiyai sangat serius dalam merealisasikan pemindahan ibukota kabupaten Dogiyai dari Moanemani ke Kampung Pona. Untuk merealisasikan hal tersebut, Bupati dan SKPD terkait yakni Dinas PU Dogiyai serta pihak ketiga terus menggodok penyiapan dokumen rencana relokasi.
Namun rencana tesebut kurang disetujui oleh warga Dogiyai, salah satunya Yunus Iyai, mahasiswa asal Dogiyai yang sedang berkuliah di Jakarta.
(Baca Juga : Bupati Dogiyai Bahas Dokumen Rencana Pemindahan Ibukota Dogiyai Bersama Dinas PU & Konsultan)
Kepada Nabire.Net Yunus menjelaskan bahwa pemkab Dogiyai harus bisa melihat dampak dari relokasi ibukota kabupaten Dogiyai yang tidak membawa keuntungan bagi masyarakat Pona.
Ia justru khawatir relokasi tersebut bisa berdampak pada kepunahan warga Dogiyai khususnya warga Pona sendiri. Disamping itu kekayaan alam yang ada juga ikut terancam dengan rencana relokasi tersebut.
“Contohnya kita lihat dari sepanjang Nabire hingga Dogiyai, banyak masuk perusahaan ilegal seperti perusahaan kayu yang menghabiskan sumber daya alam yang ada”, urai Yunus.
Dikatakan, Kampung Pona adalah Kampung Ogeiye dimana letak geografisnya berada di kawasan pegunungan yang tinggi, dengan keunikan alam dan rahasia milik manusia yang Tuhan tempatkan disana untuk dijaga serta dilindungi. Oleh karena itu, pemerintah harus sadar bahwa keunikan yang tersembunyi disana tidak boleh seenaknya dirusak. Intinya Kabupaten Dogiyai sudah ada Ibukotanya di Kigamani.
Selain itu Yunus juga memaparkan bahwa tata letak kota wilayah Pona tidak mendukung secara geografis, artinya berada di kawasan ketinggian gunung. Itu artinya, butuh proses yang lama jika pemkab berniat serius memindahkan ibukota kesana.
Yang mesti ditanyakan adalah berapa lama pemerintah daerah mau proses badan jalan ke Pona, karena hingga saat ini belum ada. Kemudian berapa dana yang pemerintah daerah siapkan ? Infrastruktur seperti perkantoran harus berapa lama akan dibangun ?
Dengan demikian pemerintah harus pertimbangkan dulu untuk jangka panjangnya. Juga agar supaya masyarakat bertahan dan menikmati masyarakat alam disana tanpa digangu dari pihak manapun.
“Masyarakat Ogeiye sangat pintar, selama ini mereka menikmati berbagai sumber alamiah setiap hari dan tidak dipengaruhi faktor produksi modern maka kita perlu menjaga keberadaan dan keaslian mereka. Mereka adalah kejeniusan rakyat Dogiyai yang harus dijaga tanpa adanya ego mengusai wilayah mereka”, lanjutnya.
“Pona adalah surga kecil yang terselubung dibalik gunung dan ditutupi kabut tebal sebab adanya rahasia Tuhan ditempatkan maka saya intelektual Dogiya menolak dengan tegas atas kehadiran Ibu Kota di Pona. Sebab dampaknya cukup berat” tutup Yunus.
[Nabire.Net/Agus.Tebai]
Tinggalkan Balasan