Pengembangan Daerah Irigasi di Kabupaten Nabire

a

Pengembangan Daerah Irigasi (DI) di Kabupaten Nabire dimulai sejak masuknya program transmigrasi di Desa Girimulyo Tahun 1972/1973, transmigrasi di Wonorejo Tahun 1976/ 1978 dan transmigrasi di Kalibumi Tahun 1980 dengan sistem sawah tadah hujan. Sedangkan pengembangan irigasi teknis baru dimulai dengan dibangunnya Bendung Kalibumi yang dimulai tahun 1996, dan pengembangan jaringan primer dan sekunder di Kalibumi Kanan (4.400 ha).

Selanjutnya pengembangan DI lainnya seperti DI.Legare (1.150 ha), DI. Biha (1.000 ha), DI. Maidey (1.000 ha) dan DI. Nohua (1.000 ha). Dengan pengembangan daerah-daerah irigasi tersebut di atas  turut  membawa berkat dengan meningkatnya pendapatan dan taraf hidup petani setempat serta membawa Kabupaten Nabire sebagai salah satu  daerah lumbung beras di Provinsi Papua. Namun dengan perkembangan jumlah penduduk dan migrasi yang besar dari luar Kabupaten Nabire, menyebabkan Kabupaten Nabire harus mendatangkan beras dari luar daerah seperti dari Sulawesi dan Pulau Jawa, hal ini disebabkan karena hasil produksi padi setempat dijual ke kabupaten pemekaran dan daerah pedalaman di sekitarnya.

Kepala Balai Wilayah Sungai (BWS) Papua Dr. Ir. Happy Mulya, ME, dalam kunjungannya di Nabire 9-10 Agustus 2014 lalu dalam rangka monitoring kegiatan-kegiatan proyek BWS Papua Tahun Anggaran 2014 yang ditemui di lokasi pembangunan jaringan irigasi Kalibumi Kiri, menjelaskan bahwa total luas potensi daerah irigasi di Kabupaten Nabire ± 15.650 ha, yang baru dikembangkan 8.550 ha yakni di DI Kalibumi Kanan (4.400 ha), DI. Legare 1.150 ha, DI. Biha 1.000 ha, DI. Maidey 1.000 ha dan DI. Nohua 1.000 ha, sedangkan yang belum dikembangkan seluas 7.100 ha, yakni DI. Kalibumi Kiri 2.000 ha, DI. Topo 2.000 ha, DI. Wanggar 2.300 ha dan DI. Yaro 1.000 ha.

Menurut Happy, pengembangan daerah irigasi di Kabupaten Nabire sangat didukung oleh Pemerintah Kabupaten Nabire, ini terlihat dengan telah tersedianya petani penggarap walaupun di daerah irigasi tersebut belum dibangun infrastruktur irigasi misalnya, petani telah mengembangkan lahan sawahnya dengan sistem tadah hujan atau jika telah dibangun jaringan irigasi, maka Dinas Pertanian Kabupaten Nabire mengikutinya dengan program pencetakan sawah. Dalam pengembangan daerah irigasi 3 persyaratan/ kriteria utama yakni air, lahan/ sawah dan petani penggarap hampir selalu tersedia di Kabupaten Nabire, kita tinggal membangun infrastruktur irigasinya maka daerah irigasi tersebut akan berkembang, hal ini tidak terdapat pada daerah irigasi lainnya di Indonesia.

Adanya dukungan pendanaan dari Pemerintah Pusat melalui dana APBN Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum, pembangunan daerah irigasi Kalibumi Kiri seluas 2.000 ha ini dapat segera diselesaikan dalam waktu yang tidak terlalu lama, tambah Happy.

Dalam kunjungan kerjanya tersebut, Happy juga mengunjungi lokasi-lokasi lainnya seperti : Pembangunan Bendung Nohua (Tahap II), Pembangunan jaringan primer DI. Nohua, Pengendalian Banjir Sungai Musairo, Sungai Kalibumi, Sungai Nabire dan Sungai Nabarua serta pengamanan pantai Kalibobo.

(PU)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *