Pendidikan Lingkungan Hidup di Distrik Agats Papua
Penandatanganan Memorandum of Understanding (MOU) yang dilakukan oleh Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga, Syamsul Alam, S.Ip dan Direktur WWF-Indonesia region Sahul Papua, Benja V Mambai, Msi, sekaligus menjadi gerakan dimulainya kerja sama dalam program Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) di Distrik Agats, Kabupaten Asmat. Perjanjian kerjasama ini berlangsung di restoran Hotel Assedu, 19 Agustus 2013.
MOU kedua belah pihak tersebut mencakup, peningkatan mutu PLH melalui penyusunan kurikulum muatan lokal berbasis budaya dan lingkungan terutama dalam kaitannya dengan perubahan iklim, Lalu peningkatan kemampuan dan metode pengajaran guru melalui 3 tahap training.
Penguatan sekolah sebagai komunitas dimana gerakan cinta lingkungan di mulai dengan contoh, pembuatan kebun sekolah, penanaman pohon, pembentukan media lingkungan dan komunitas cinta lingkungan. Ini dikatakan Manager Communication, Outreacht and Education of WWF-USAID IFACS, Indarwati dalam rilis yang diterima SP, Selasa (20/8).
MOU ini mengikat serta 5 sekolah dasar se distrik Agats dalam penyusunan silabus, serta 5 Taman Kanak-Kanak dan 5 Sekolah Menengah Pertama dalam program peningkatan kesadaran pengelolaan lingkungan melalui ‘kunjungan ke sekolah’.
Menurutnya, Benja V Mambai mengatakan, pendidikan lingkungan hidup merupakan salahsatu strategi WWF-Indonesia dalam meningkatkan gerakan konservasi di Indonesia. Pendidikan lingkungan yang ditanamkan sejak dini akan membantu generasi muda memahami, mengerti dan memiliki ketrampilan dalam membuat keputusan serta pengelolaan sumberdaya alam secara berkelanjutan.
WWF-Indonesia di region Papua sendiri telah menandatangani 5 kerjasama dalam program PLH dengan pemerintah di lima wilayah yakni Kota Jayapura, Teluk Cenderawasih Kabupaten Wondama, Kabupaten Nabire, Kabupaten Asmat dan juga Kabupaten Jayapura (kini dalam persiapan). “Semua program PLH dibuat berbasiskan keunikan ekosistem wilayah tersebut, jadi ada kelekatan lokal yang kuat,” kata Indarwati mengutip pernyataan Benja.
Sedang Kepala Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga, Syamsul menyatakan bahwa pendidikan lingkungan hidup menjadi kurikulum pendorong bagi generasi muda Asmat untuk memperkuat posisi mereka sebagai penerus pembangunan di Asmat. “Mempromosikan lingkungan hidup secara otomatis juga meningkatkan kualitas hidup warga Asmat,” ujarnya.
Menurut Indarwati, Kabupaten Asmat merupakan kabupaten dengan populasi 83 ribu jiwa yang menyebar di 7 distrik yaitu Distrik Agats, Distrik Pantai Kasuari, Distrik Atsj, Akat, Suator, Fayit dan Sawa Erma. Secara umum, warga Asmat hidup bergantung dari alam sekitar, dan secara tradisionil masih mempertahankan pola lokal dalam pengelolaan sumberdaya alamnya. Program PLH yang kini dilaksanakan, didorongkan terlaksana dengan memperhatikan unsur lokal, baik pengetahuan maupun praktek yang telah berjalan secara turun temurun di Asmat.
Dikatakan, secara khusus untuk MOU PLH di Asmat merupakan bagian dari kerja besar WWF-USAID dalam program Indonesian Forestry and Community Support (IFACS)—yakni program yang bertujuan untuk menyelaraskan kebijakan pemerintah dengan basis ekologi dan budaya Asmat. PLH merupakan salahsatu bagian yang dijalankan untuk mencapai keselarasan tersebut disamping aktivitas lain yakni pemetaan partisipatif, managemen kolaborasi antara pemerintah dan parapihak, restorasi dan penguatan asosiasi pengukir yang notabene bergantung dari hutan dan alam sekitarnya.
(Sumber : SuaraPembaruan.com)
Tinggalkan Balasan