“Koteka Harus Dipakai Sehari-Hari Agar Dapat Diakui Sebagai Warisan Budaya Dunia”

(“Koteka Harus Dipakai Sehari-Hari Agar Dapat Diakui Sebagai Warisan Budaya Dunia”)

Nabire, 16 September 2024 – Koteka, salah satu busana tradisional yang digunakan oleh suku-suku di wilayah pegunungan tengah Papua seperti suku Asmat, Mee, dan Dani, kini semakin jarang terlihat di perkotaan. Terbuat dari buah Labu Bobee, koteka telah lama dikenal dunia sebagai simbol kebudayaan Papua. Namun, berbeda dengan noken yang telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia, koteka belum mendapat pengakuan serupa.

Arkeolog, Hari Suroto, menegaskan pentingnya memperjuangkan koteka agar diakui sebagai warisan budaya dunia. Salah satu cara untuk mencapai hal ini adalah dengan terus mengenakan koteka dalam kehidupan sehari-hari, baik di kampung maupun di kota.

“Menggunakan koteka di rumah, di kebun, di pasar, atau bahkan di tempat ibadah, akan membantu menjaga warisan budaya ini tetap hidup,” ujarnya, Senin (16/09).

Selain itu, Hari Suroto juga mendorong generasi muda untuk melestarikan koteka sebagai identitas budaya Papua. Ia berharap para wisatawan dan peneliti yang berkunjung ke kampung adat di wilayah pegunungan tengah Papua ikut serta dalam upaya pelestarian ini dengan mengenakan koteka selama kunjungan mereka.

Di lingkungan akademik, Hari Suroto, yang juga merupakan mantan pengajar arkeologi di Universitas Cendrawasih, mengizinkan mahasiswa suku Mee untuk mengenakan koteka di ruang kelas.

“Bagi saya, koteka memiliki kedudukan yang sama dengan batik. Keduanya adalah simbol budaya yang harus kita hormati dan lestarikan,” tutupnya.

[Nabire.Net]


One Response to “Koteka Harus Dipakai Sehari-Hari Agar Dapat Diakui Sebagai Warisan Budaya Dunia”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *