Kebutuhan Air Bersih di Papua Terabaikan

Wakil Uskup Keuskupan Timika, Pater Nato Gobay, Minggu, (7/4/13) di Nabire, mengungkapkan keprihatinannya atas kebutuhan air bersih masyarakat asli Papua yang dinilainya terabaikan dalam pembangunan di era Otonomi Khusus.

“Saya lihat rumah-rumah orang asli Papua di kota itu tidak ada air bersih. Tidak bicara di pedalaman. Anak-anak kecil mandi sumur kotor (keruh). Ini berefek pada kesehatan mereka. Ada anak yang kepalanya luka semua lalu tangan mereka penuh luka, semacam kudis. Ternyata, ini akibat air yang mereka konsumsi di rumah itu kotor,”katanya,

Kata dia, hal itu ia temukan hampir di setiap rumah orang asli Papua. Kompleks-kompleks orang Papua itu tidak ada air bersih. Kata dia, hal itu kaitan dengan kemampuan mereka secara ekonomi untuk membuat sumur bor atau sewa air PDAM.

Kata dia, air bersih merupakan layanan kebutuhan dasar bagi masyarakat. Air bersih memunyai peran vital sebagai sarana pendukung kegiatan ekonomi dan investasi selain prasarana jalan. Tetapi, mereka tidak menikmati.

“Saya heran. Kenapa dana Otonomi Khusus yang banyak uang itu tidak membangun air bersih untuk orang Papua. Soalnya, perubahan zaman ini menuntut orang Papua harus berubah dalam banyak hal, termasuk kebersihan dan kesehatan,”katanya.

Ia juga prihatin, ibu-ibu harus pergi ke sungai yang jauh untuk mencuci pakaian dan mandi. Lalu, kata dia, ia juga melihat anak-anak yang ke sekolah tidak mandi hanya karena tidak ada air bersih di rumah.

Ia berharap, pemerintah di Papua dapat memperhatikan kebutuhan vital ini. Karena kata dia, kalau kebutuhan ini tidak terpenuhi maka akan berakibat pada hal lainnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *