Kapolda Papua dengan Insan Media Cetak dan Elektronik di Jayapura : Momen 1 Mei, Tak Perlu Ada Kekhawatiran Berlebihan

Peringatan 1 Mei tidak perlu ada kekhawatiran yang berlebihan seakan-akan   terjadi  peristiwa-peristiwa  yang mengganggu keamanan  dan ketertiban masyarakat. Hal itu terungkap dalam acara Coffee Morning Kapolda Papua dengan Insan Media  Cetak dan Elektronik di Jayapura di  Aula Rupatama, Mapolda Papua, Jayapura, Senin (29/4).

Ketua  Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Papua Frans Ohiowutun mengutarakan 1 Mei itu  selalu  diperingati  setiap    tahun, dimana  kelompok masyarakat  tertentu acapkali  menyampaikan  aspirasi  maupun  tuntutan terkait  sejarah  bangsa Papua Barat. Tapi, aspirasi atau  tuntutan  yang disampaikan tetap  berjalan, tapi  mesti sesuai koridor. Apabila  ada pihak  yang  terbukti melanggar  hukum tetap ditindak.

“1 Desember silam  masyarakat  ragu terjadi  gangguan, ternyata warga  dapat melakukan aktivitasnya  seperti  biasa. Apalagi Gubernur  definitif  sudah ada memberi  nilai positif  bagi  kamtibmas,”  tegas Frans.

Sedangkan Ketua Aliansi Jurnalisme  Independen  (AJI) Kota Jayapura Viktor Mambor mengatakan dewasa ini setiap  hari  terdapat  ratusan bahkan ribuan informasi yang mengalir ke masing-masing media massa. Namun demikian, media massa mesti  lebih cerdas memilah-milah informasi,  khususnya  terkait  pihak-pihak   yang mendukung NKRI atau   pihak-pihak yang ingin lepas  dari  NKRI. Pasalnya,  Papua  sering dilukiskan bagaikan barah dalam sekam, karena  di beberapa tempat  aksi kekerasan meningkat. Tapi di wilayah lain kondusif.

“Media massa terlalu  banyak menampilkan kekerasan dan konflik, tapi    prestasi orang Papua justru tak digubris,” tandasnya. Viktor menegaskan,  jangan sampai pihak-pihak lain mengambil keuntungan dari situasi yang terjadi  di Papua saat  ini.

Karenanya, menurut  Pemimpin  Umum/Pemimpin Redaksi  Majalah JUBI ini, pimpinan  media massa mesti  waspada  terhadap  aksi  pihak-pihak tertentu yang ingin mencari  perhatian nasional  maupun  internasional.

Sekretaris PWI Papua Leo Siahan mengutarakan, pihaknya  mengingatkan agar media  massa  mesti tetap proporsional mempublikasikan suatu  peristiwa  atau  konflik di Papua karena ada  pihak-pihak  yang  sekedar  mencari keuntungan finansial yang  mengail di air keruh seperti menciptakan situasi anarkis  yang  akhirnya  mengorbankan Polisi   bersama  masyarakat.

Namun demikian, mantan Pemimpin Redaksi  Papua  Pos  ini meminta  kepada aparat penegak hukum tak perlu   takut dan kwatir   media massa mempublikasikan sesuatu yang tak sesuai  fakta hanya  untuk menyudutkan Polisi.
“1 Mei  tak perlu dikwatirkan. Kalau bisa   memberikan ruang  kepada seluruh anak  bangsa  untuk  menyampaikan  aspirasinya  terpenting    tak lari dari  koridor hukum. Dengan begitu, stigma  Papua  penuh konflik  perlahan terkikis,” urainya.

Pemimpin Redaksi Bintang Papua Daud Sony mengatakan, peringatan  1 Mei tahun ini mesti mencontohi  peringatan  1 Desember  tahun lalu  di Sentani yang  berlangsung aman  dan damai. Hanya  saja,  wartawan senior  ini  mengingatkan agar media  massa cermat  dan akurat khususnya  ketika  melakukan verifikasi  nara  sumber, agar  tak muncul  berita   yang  provokatif dan menyesatkan.

“Ada pihak yang mengaku pimpinan  organisasi atau pimpinan kelompok tertentu, padahal tidak benar. Apabila  media  massa  tidak cermat dan melakukan verifikasi, maka  pemberitaan cenderung menyesatkan. Untuk itu Pimred  harus  cermat verifikasi  sumber  berita  kapabel atau tidak,” imbuhnya.

 Wakapolda menuturkan,  ada  pihak lain yang memanfaatkan situasi Papua  dengan bermain di air keruh, justru harus diwaspadai. Tapi  Polisi terus  berupaya  melakukan penegakan hukum  terhadap siapapun yang melawan hukum. “Kita  tak masuk kepentingan politik  atau  politisasi,” kata Jenderal  dari  Suku Komoro  ini.

Akibat  Papua   yang sering dilukiskan cenderung  bergejolak, ujarnya, tak sedikit investor    yang  hendak mengembangkan  jaringan bisnis  akhirnya membatalkan niatnya hanya  karena Papua  tak  aman  dan penuh konflik. Kalau terjadi demikian, maka suatu kerugian bagi Papua.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *