Festival Lembah Baliem Di Wamena Papua

Festival Lembah Baliem kembali digelar mulai hari ini, Senin 12 dan akan berakhir 15 Agustus 2013 di Wamena Papua. Acara tahunan itu telah dipadati turis lokal dan mancanegara sejak kemarin lalu.

“Ya, ini festival favorit jadi sudah banyak turis. Ada orang Indonesia dan banyak orang luar negeri. Sejak beberapa hari lalu, mereka sudah ada di sini (Wamena). Masyarakat telah siap untuk melaksanakan kegiatan ini. Ini akan sangat ramai,” kata Philipus, Minggu, (11/08/13) salah seorang sumber di Wamena

Dikatakan, festival melibatkan suku-suku yang ada di Kabupaten Jayawijaya, seperti suku Dani, suku Lani, dan suku Yali. “Kami sebagai anak adat senang. Karena menjaga dan melestarikan nilai-nilai budaya suku-suku kami di sini dan Papua umumnya,” tuturnya.

Lebih lanjut ia menjelaskan, kegiatan ini  akan dimeriahkan  dengan pertunjukan perang (sejarah perang suku). “Ada halaman luas, jadi  ribuan orang akan lakukan pertunjukan perang. Nanti ada 20 lebih kelompok, per kelompok  ada 30-50 orang. Itu acara utama, tapi nanti ada juga iringan Pikon (alat musik tradisonal Papua:red),” katanya.

Menarik, katanya,  perang-perangan ini akan dimulai dengan skenario pemicu perang seperti penculikan, pembunuhan anak dari suku tertentu, atau penyerbuan ladang yang baru dibuka. Pemicu ini menyebabkan suku lain membalas dendam sehingga penyerbuan pun dilakukan.

“Ini karena manusia dan tanah bagi orang Wamena itu di atas segalanya,” tuturnya.

Philipus menegaskan, “Harus tahu bahwa acara ini punya makna, hari esok harus lebih baik.”

Tidak hanya itu, Philipus mengatakan, festival ini juga akan menampilkan tarian adat, balapan karapan anak babi, permainan melempar tombak,  panahan, dan berbagai atraksi lainnya.

“Acara akan ramai karena biasanya orang luar negeri ini ada akan pakai  koteka dan menghitamkan tubuhnya. Ini biasa terjadi,” tuturnya.

Festival yang diketuai oleh Yohanes Walilo tahun itu adalah yang ke- XXIV sejak diawali pada 1989.  Sebelumnya, Yohanes Walilo memastikan,  pelaksanaan festival tahun ini diupayakan lebih baik dari yang sebelumnya.

Walaupun secara resmi dimulai 1989, Festival Lembah Baliem telah berlangsung turun temurun sebagai sebuah ruang adu kekuatan antara Dani, Lani, dan Suku Yali serta sebagai  lambang kesuburan dan kesejahteraan.

Pada catatan facebook-nya, tokoh intelektual Wamena yang juga aktivis HAM, Matius Murib menulis, banyak tamu asing yang berkunjung di Wosi, Wamena, Jayawijaya. “Nilai seni budaya bagi generasi baru adalah warisan leluhur yang wajib dijaga,” tulisnya.

(Sumber : MajalahSelangkah.com)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *