Cerita Mengapa Nama Latin Cendrawasih Justru Burung Tanpa Kaki

(Burung Cendrawasih)

Jayapura – Burung cenderawasih merupakan fauna endemik Papua, Kepulauan Aru, Papua Nugini dan Australia bagian utara. Sebutan untuk burung cenderawasih adalah burung surga atau bird of paradise.

Tapi Linnaeus atau bapak pemberi nama ilmiah flora dan fauna dunia, memberi nama latin burung cenderawasih dengan nama Paradisaea Apoda. Nama apoda dalam bahasa Latin berarti tanpa kaki.

Benarkah burung cenderawasih tak punya kaki? Kenyataannya, cenderawasih punya kaki. Apakah Linnaeus salah memberi nama, sehingga burung cenderawasih yang sesungguhnya punya sepasang kaki disebut burung surga tanpa kaki?

Rupanya ada cerita tersendiri di balik pemberian nama yang aneh ini. Cerita yang berkembang pada abad ke-16 hingga 17, disebutkan bahwa burung ini langsung terbang dari surga. Setelah ditetaskan dari telur, burung-burung ini akan terbang ke matahari dan dari sana mereka akan mendapatkan bulu-bulu yang bagus itu.

Karena tampak tidak memiliki kaki itulah sehingga orang Eropa mengatakan burung surga ini tidak berkaki karena itu tidak pernah hinggap di bumi. Orang-orang pada abad itu percaya bahwa seluruh hidup burung ini dihabiskan di udara. Hal ini ditambah lagi dengan kondisi awetan burung-burung cenderawasih yang dikirim ke Eropa, kakinya sudah dipotong.

Hal inilah yang dipercaya masyarakat Eropa pada waktu itu kalau burung cenderawasih tidak memiliki kaki, dan selalu terbang tidak pernah menyentuh tanah maupun bertengger di dahan pohon.

Berdasarkan sampel burung cenderawasih tanpa kaki jenis greater bird of paradise, maka Linnaeus memberi nama ilmiah burung cendrawasih yaitu Paradisaea apoda yang berarti burung surga tanpa kaki.

Burung cenderawasih atau dikenal sebagai ‘burung surga’ merupakan burung dengan bulu terindah di dunia. Spesies burung ini pada umumnya lebih banyak ditemukan di kawasan Indonesia timur, Papua Nugini dan Australia bagian timur.

Kalau kamu hendak mengintip bagaimana keseharian burung Cendrawasih di habitat aslinya, kamu bisa datang ke Sentani, Papua. Saat ini terdapat spot paradise bird watching yaitu hutan di belakang Kampung Abar, Sentani, berlokasi sekitar 20 menit perjalanan dari Bandara Sentani, Kabupaten Jayapura.

Burung cendrawasih di Papua termasuk jenis The Greater bird of paradise (Paradisaea apoda) telah diintroduksi dari Papua Nugini ke Pulau Tobago Kecil di Trinidad dan Tobago. Keluarga burung ini sesungguhnya memiliki 42 spesies dalam 15 genera. Cendrawasih termasuk burung yang soliter.

Sebagai burung khas dari Papua, burung ini bahkan sudah menyatu dengan budaya masyarakat. Di Papua sendiri, mahkota dari burung cendrawasih tidak boleh dikenakan oleh sembarang orang, hanya tokoh adat seperti ondoafi dan kepala suku saja yang berhak.

Kamu tahu, burung cendrawasih juga punya peran penting dalam budaya masyarakat Bali. Di Bali, burung cenderawasih atau manuk dewata merupakan sarana upacara yang penting dalam upacara ngaben. Burung ini berperan sebagai pemandu arwah untuk pergi ke alam keabadian.

Dalam sejarahnya, pada abad VIII, utusan Raja Sri Indrawarman dari Kerajaan Sriwijaya pernah mempersembahkan burung cenderawasih kepada Kaisar China.

Burung cenderawasih merupakan burung yang dilindungi, yang tidak boleh diburu dan diperjualbelikan.

[Nabire.Net/Hari.Suroto]


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *