Balai Arkeologi Papua Akan Terus Dilibatkan Untuk Riset Situs Di Danau Sentani

(Danau Sentani Bagian Barat)

Jayapura – Berkaitan dengan hasil penelitian Balai Arkeologi Papua di Kawasan Danau Sentani bagian barat, Kabid Kebudayaan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Jayapura, Elvis Kabey mengatakan, pihaknya akan terus bekerjasama dengan Balai Arkeologi Papua untuk melakukan penelitian dan pengembangan situs-situs arkeologi di Danau Sentani.

Situs-situs arkeologi yang ditemukan dan sudah diteliti dapat dijadikan sebagai obyek wisata untuk mendukung Festival Danau Sentani.

Gusti Made Sudarmika, Kepala Balai Arkeologi Papua mengatakan, penelitian di Danau Sentani fokus pada menemukan situs-situs awal hunian prasejarah. Situs-situs yang ditemukan Balai Arkeologi Papua berada di permukaan tanah tepi Danau Sentani, ada juga situs yang berada dalam air.

Balai Arkeologi Papua melakukan ekskavasi di Situs Yomokho, tepi Danau Sentani. Sedangkan untuk situs-situs yang berada di dalam air, akan dilakukan penelitian pada tahun-tahun ke depan, karena perlu didukung sumber daya peneliti bawah air serta perlengkapan menyelam dan peralatan penelitian bawah air.

Untuk itu Balai Arkeologi Papua akan bekerjasama dengan Balai Arkeologi yang memiliki peneliti bawah air atau bekerja sama dengan pihak universitas yang memiliki akademisi arkeologi bawah air.

Hari Suroto peneliti Balai Arkeologi Papua mengatakan Danau Sentani memiliki potensi tinggalan prasejarah, mulai dari masa Neolitik, Megalitik hingga jaman logam. Sebagian artefak dari Danau Sentani menjadi koleksi di beberapa museum Eropa.



Hingga saat ini berdasarkan informasi dari masyarakat, masih ada saja orang Eropa yang mencari artefak di dalam Danau Sentani, mereka menyelam secara individu, hal ini merupakan tindakan yang ilegal karena tidak berijin. Para pencari artefak dalam air ini, biasanya memanfaatkan visa wisatawan.

Daud Wally, tokoh adat Kampung Dondai sekaligus budayawan Sentani mengatakan masyarakat Sentani sangat mendukung Danau Sentani sebagai destinasi unggulan pariwisata nasional.

“Danau kami memiliki keindahan alam, selain itu masyarakat Sentani juga memiliki budaya mengukir, melukis di kulit kayu, membuat gerabah, serta memiliki tari-tarian serta kuliner tradisional”, katanya.

Sementara itu Elvis Kabey, kepala bidang kebudayaan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Jayapura berpendapat bahwa kawasan Danau Sentani memiliki situs arkeologi yang sudah menjadi destinasi wisata dan sudah masuk dalam buku Lonely Planet, buku yang menjadi panduan wisatawan internasional. Situs arkeologi yang dimaksud yaitu Situs Megalitik Tutari dan Situs Tugu Mac Arthur.

Hari Suroto peneliti Balai Arkeologi Papua mengatakan situs-situs arkeologi di Kawasan Danau Sentani dapat dikelola, dimanfaatkan, dikembangkan sebagai destinasi wisata, tetapi harus memperhatikan kelestariannya.

[Nabire.Net/Hari.Suroto]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *