Tahun Ini Dinkes Mimika Targetkan 1 Juta Testing Malaria
Mimika, 4 Maret 2025 – Komitmen pemerintah Daerah Kabupaten Mimika dalam hal ini Dinas Kesehatan untuk pencegahan kasus malaria terus digalakkan. Upaya yang dilakukan adalah dengan menargetkan satu juta tes malaria kepada warga.
“Tahun 2025 ini kita target pemeriksaan malaria sebanyak 1 juta tes,” kata Kepala Dinas Kesehatan Mimika, Reynold Ubra.
Reynold menjelaskan, sejak Januari hingga 26 Februari 2025 sudah dilakukan tes malaria terhadap 31.665 orang di Timika. Dari hasil tes atau jumlah warga yang dites ditemukan sebanyak 1.076 orang yang positif malaria.
“Saat ini Positivity rate-nya adalah 3,4 persen. Sedangkan target nasional adalah kurang dari 5 persen,”ujarnya.
Dijelaskan, Positivity Rate malaria adalah tingkat positifitas kasus malaria yang dihitung dari jumlah laporan lab yang diterima. Jika positivity rate rendah, artinya menunjukkan hanya sedikit orang positif dari keseluruhan orang yang dites.
“Ini artinya, standar nasional Positivity Ratenya itu kurang dari 5 persen kita sudah masuk,”tuturnya.
Ia mengatakan, di Puskesmas dengan wilayah penduduk terpadat seperti Puskesmas Timika dari 9.000 orang yang di tes hanya 1,6 persen yang positif. Sementara Puskesmas Pasar Sentral yang menjadi Lokus program Tempokastuntas dari 457 yang dites hanya 7 yang positif atau sekitar 1,5 persen.
Rata-rata jumlah positif malaria di setiap Puskesmas masih berada pada 1,5 persen, kecuali di wilayah Puskesmas Kampung Mandiri Jaya dan Sempan karena jumlah testingnya sedikit.
“Tapi secara keseluruhan positivity rate 3,4 persen. Kita akan mempercepat jumlah testing perhari harus 1.000 orang. Baru ini perhari rata-rata masih 400-500 testing,”ujarnya.
Ia menambahkan, pada tahun 2024, dari 666.000 lebih yang di testing, 23 persen diantaranya terdapat kasus positif malaria. Jumlah itu terjadi penurunan 2 kali jika dibandingkan pada tahun 2018 dan 2019 dimana positivity rate di dua tahun tersebut ada di posisi 41 dan 42 persen.
Katanya, selain penularan, tingkat kekambuhan dan ketidakpatuhan juga masih tinggi. Sehingga untuk menurunkan penularan dari manusia ke manusia melalui nyamuk maka perlu dilakukan pemberantasan sarang nyamuk.
Ketidakpatuhan yang masih tetap tinggi, menurut Reynold, sangat diperlukan kampanye dari pihak keluarga sebagai bagian dari pendamping dan pengawas minum obat.
Lanjutnya, tahun ini, Dinas Kesehatan bekerjasama dengan Kader-Kader yang ada di desa untuk bisa menjadi juru malaria. Sebab tahun ini, pelayan kesehatan sudah harus terintegrasi pelayanan primer termasuk Kader harus memiliki 25 kompetensi.
“Jadi, tahun 2025 ini, tidak ada lagi kader malaria, kader TB, kader Posyandu. Semua itu dijadikan satu Kader untuk memperkuat pelayanan di Posyandu,” pungkasnya.
[Nabire.Net/Yosef Doo]
Tinggalkan Balasan