Rakyat, Pelajar dan Mahasiswa Simapitowa di Nabire Tolak Pemekaran Kabupaten Mapia Raya
Nabire, 29 Mei 2025 – Gelombang penolakan terhadap rencana pemekaran Kabupaten Mapia Raya semakin menguat. Kali ini, suara tegas datang dari Rakyat, Pelajar, dan Mahasiswa asal wilayah Simapitowa yang tergabung dalam Solidaritas Simapitowa di Nabire Papua Tengah.
Dalam pernyataan sikap yang dibacakan secara terbuka, mereka dengan lantang menolak pemekaran Kabupaten Mapia Raya yang dinilai akan membawa berbagai ancaman terhadap keberlangsungan hidup masyarakat, lingkungan, dan budaya Mapia.
Aksi pernyataan sikap ini dilaksanakan di halaman Asrama Pelajar Mahasiswa Yegoukotu di Jayanti, Nabire, Papua Tengah, pada Kamis, 29 Mei 2025, dengan penanggung jawab kegiatan adalah Rakyat, Pelajar dan Mahasiswa Simapitowa se-Indonesia dan diketahui serta didukung langsung oleh Kepala Suku Umum Simapitowa, Pabianus Tebai.
Rencana pemekaran Kabupaten Mapia Raya yang saat ini sedang digodok, serta dorongan eksplorasi tambang di wilayah Simapitowa, menjadi latar belakang utama lahirnya sikap penolakan ini. Dalam pernyataan tersebut, mereka menyoroti ancaman serius yang akan dihadapi masyarakat Simapitowa jika pemekaran ini dipaksakan.
Lima Ancaman Nyata yang Disampaikan:
1. Ancaman Ekologis:
Alam Simapitowa yang masih perawan berpotensi rusak akibat masuknya perusahaan legal maupun ilegal yang akan mengeksploitasi sumber daya alam secara masif.
2. Ancaman Keamanan:
Pemekaran wilayah akan membuka jalan bagi pembangunan pos militer dan pendropan aparat keamanan, yang disebut-sebut sebagai upaya pengamanan perusahaan. Ini dipandang sebagai sumber ketakutan dan trauma seperti yang terjadi di wilayah Papua lainnya.
3. Ancaman Peminggiran Orang Mapia:
Pemekaran dikhawatirkan membuka pintu bagi program transmigrasi besar-besaran, yang akan menggusur masyarakat lokal dari tanah adatnya.
4. Ancaman Kesehatan:
Eksploitasi alam oleh perusahaan diyakini akan membawa limbah beracun, mencemari udara dan lingkungan hidup, serta mengancam kesehatan masyarakat.
5. Ancaman Budaya:
Kehidupan masyarakat Mapia yang bergantung pada alam—seperti berkebun, berburu, dan beternak—akan punah jika perusahaan menguasai lahan mereka.
Empat Poin Sikap Tegas:
1. Menolak dengan tegas pemekaran Kabupaten Mapia Raya.
2. Menolak pembangunan pos militer dan pendropan aparat keamanan di wilayah Simapitowa.
3. Menolak kehadiran perusahaan legal maupun ilegal di seluruh wilayah Simapitowa.
4. Menolak pembangunan jalan trans di wilayah Simapitowa karena merusak kekayaan alam.
Pernyataan Penutup:
Pernyataan sikap ini adalah bentuk tanggung jawab moral generasi muda Simapitowa terhadap tanah leluhur dan masa depan komunitas mereka. Mereka menegaskan bahwa pembangunan sejati harus melibatkan masyarakat adat dan melindungi alam, bukan malah mengancamnya.
“Demikian pernyataan sikap ini kami sampaikan. Terima kasih atas perhatian semua pihak. Hidup rakyat, hidup tanah Simapitowa, dan hidup budaya Mapia,” ujarnya.
[Nabire.Net/Musa Boma]
Share on:
WhatsApp
Post Views: 2,236
Tinggalkan Balasan