Penyebab Demo Mahasiswa Uswim Nabire

Demontrasi damai Mahasiswa Universitas Satywa Wiyata Mandala (USWIM) Kabupaten Nabire, Provinsi Papua di halaman kampus untuk meminta pengurangan biaya SPP yang dinilai membebani mahasiswa diwarnai penembakan peluruh karet dan penangkapan beberapa mahasiswa oleh polisi, Jumat, (22/19).

Satu hari sebelumnya  (Kamis, 21/3/13) mahasiswa sempat melakukan aski damai di halaman kampus untuk meminta pengurangan biaya. Namun, dikabarkan pihak kampus belum sempat merespon karena sibuk dengan sosialisasi kampus di SMA-SMA di Kabupaten Nabire.

Aksi dilanjutkan pada hari kedua (Jumat, (22/19) di halaman rektorat. Namun, negosiasi tidak membuahkan hasil. Beberapa mahasiswa yang marah dengan sikap rektorat melemparkan batu di kaca beberapa ruang kuliah. Beberapa yang lain, dikabarkan mengambil bensin untuk membakar gedung rektorat.

Melihat mahasiswa membawa bensin dan mendengar teriakan  ‘bakar kampus’, pihak kampus meminta bantuan keamanan dari aparat polisi di Polres Nabire. Tidak memakan waktu yang terlalu lama pihak aparat tiba di areal kampus dan membubarkan aksi mahasiswa dengan gas air mata. Melihat mahasiswa yang ngotot, aparat sempat mengeluarkan tembakan peringatan sekitar 15 kali. Salah satu koordinator aksi, Yulius Kudiay mengatakan,  penembakan peringatan itu mengakibatkan tiga mahasiswa kena peluru karet di bagian kaki dan bagian kepala. Tiga mahasiswa yang dikabarkan kena peluru karet itu dilarikan ke Rumah Sakit Umum Daerah Nabire. Namun, mereka telah pulang ke rumah setelah dilakukan perawatan karena hanya luka ringan.

Sementara, Aminadab Mote, Ham Youw, Philipus Mote, dan Kristianus Douw sempat diamankan Polres Nabire. Namun, setelah diberi peringatan, empat mahasiswa itu dipulangkan ke rumah pada sore hari.

Ketika dikonfirmasi soal penembakan itu, Kapolres Nabire, AKBP Bahara Marpaung  membantah. “Ah tidak ada penembakan. Itu hanya peluruh sampah. Kalau ada yang terluka itu pasti kena batu atau alat tajam lain. Anggota kami tidak menembak. Kami hanya membantu mengamankan saja karena mahasiswa membawa bensin untuk membakar,”katanya.

Usai pembubaran aksi, Rektor USWIM, Didimus Mote melakukan negosiasi dengan mahasiswa di halaman kampus. Tampak, negosiasi disaksikan Ketua I Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Nabire, Yahuda Gobay, Kapolres Nabire, dan Dandim 1705.  Sekitar 20 meter dari tempat negosiasi, beberapa brimob bersenjata lengkap dan satu mobil tahanan disiagakan.

Di hadapan Rektor, DPRD, Kapolres, dan Dandim, Koordinator aksi damai, Yeheskiel Kudiay mengatakan, demo damai itu dilakukan karena mahasiswa menilai biaya pendidikan di kampus swasta itu terlalu mahal. Sementara, kata dia, fasilitas kampus seperti laboratorium, perpustakaan masih belum ada hingga saat ini, termasuk sebagian dosen malas mengajar.

“Biaya satu SKS untuk semua fakultas Rp70.000,00. Lalu, uang SPP untuk tahun ini (2013:red) Rp850.000,00. Lalu, ada uang biaya lain-lain Rp900.000,00. Mahasiswa baru tahun ini kalau ambil paket 25 SKS maka harus mengeluarkan biaya Rp1.750.000 ditambah SPP dan uang lain-lain maka berjumlah Rp3.500.000,00. Itu belum ditambah uang masuk pertama sekitar Rp6.000.000,00. Jadi, seluruh biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp9.500.000,00,”kata dia.

Pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa, Julius Kudiay mengatakan, pihaknya sudah lama meminta kepada pihak kampus untuk menjelaskan rincian dari  ‘biaya lain-lain’ sebesar Rp 900.000,00 yang dibayar mahasiswa tiap semester. Dinilainya, ‘biaya lain-lain’ itu terlalu besar dan peruntukannya tidak jelas. Menanggapi permintaan penjelasan atas ‘biaya lain-lain’, Rektor USWIM, Didimus Mote menjelaskan, uang Rp 900.000,00 itu digunakan antara lain untuk biaya operasional bus antar jemput mahasiswa dan biaya kegiatan mahasiswa. Tetapi, hal itu dibantah mahasiswa. Mahasiswa secara spontan mengatakan, selama ini tidak ada kegiatan-kegiatan ilmiah di kampus itu. Rektor mengatakan, pembiayaan operasional kampus yang dipimpinnya hanya mengandalkan  SPP dari mahasiswa. “Semua operasional kampus mengandalkan SPP mahasiswa. Kami tidak mendapatkan bantuan dari siapa pun. Menurut saya biaya di kampus ini paling murah dan kami memberikan kemudahan untuk pembayarannya dicicil dua kali bahkan ada yang tiga kali,”katanya. Tawar-menawar  tidak membuahkan hasil.  Akhirnya, mahasiswa meminta pihak kampus untuk koordinasi beberapa menit untuk membicarakan kemungkinan penurunan biaya pendidikan di kampus USWIM. Pihak kampus melakukan pertemuan sekitar 30 menit dan hasilnya ‘biaya lain-lain’ Rp900.000,00 dihapuskan dan biaya SKS diturunkan menjadi Rp50.000,00 dengan syarat.

Didimus Mote disaksikan DPRD, Kapolres, dan Dandim mengatakan, pihaknya mengabulkan permintaan mahasiswa. Tetapi, kata dia, bus operasional ditiadakan. Selain itu, biaya kegiatan mahasiswa seperti biaya seminar, olahraga, dan kegiatan kemahasiswaan lainnya ditanggung penuh oleh mahasiswa. Ia juga meminta mahasiswa untuk tidak lagi membayar cicil seperti selama ini.

Beberapa pihak, seperti pekerja HAM, Yones Douw misalnya mengatatakan, semestinya ini adalah masalah internal kampus dan tidak perlu libatkan aparat keamanan. “Ini kan otonomi kampus dan pihak kampus mestinya dapat  menyelesaikan maslah ini. Tetapi, kenapa harus aparat membawa senjata lengkap masuk kampus,”katanya.

Hal senada disinggung Ketua I Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Nabire, Yahuda Gobay. “Saya juga tidak perlu datang ke kampus ini. Karena ini otonomi kampus. Tetapi, saya datang karena informasi yang saya dapat ada tiga mahasiswa ditembak mati. Tapi, ternyata tidak ada,”kata dia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *