Meriam Tentara Jepang Yang Ditemukan Di Bukit Meriam Nabire Ini Tak Terurus

(Meriam peninggalan tentara Jepang di Nabire)

Nabire – Meriam anti pesawat/anti tank kaliber 25 mm, yang digunakan angkatan laut  Jepang pada perang dunia II melawan Sekutu, sekitar tahun 1943-1944, di Papua, merupakan salah satu senjata yang sangat canggih di masanya.

Senjata ini dioperasikan dengan gas, berpendingin udara dan memakai magazen peluru. Senjata ini terdiri dari tiga laras 25mm yang dipasang berdampingan. Senjata ini menembakkan peluru penembus perisai dan berpeledak tinggi dari kotak magazen vertikal dengan kapasitas 15-20 peluru, yang dipasang di plat atas bagian penerima. Pembidikan menggunakan bidikan teleskopik. (Sumber : Wikipedia)

Senjata ini sendiri digunakan Jepang saat menduduki Nabire pada perang dunia kedua melawan Sekutu. Meriam bekas peninggalan tentara Jepang tersebut, ditemukan sekitar tahun 1996-1997 di Bukit Meriam Nabire.

Meriam tersebut ditemukan saat dilakukan pembangunan jalan Jenderal Sudirman ( dari Bandara menuju Karang Tumaritis). Saat itu, jalan dari Bandara Menuju Karang Tumaritis, masih melewati pinggiran Bandara Nabire, dan bukan di depan Polres Nabire seperti sekarang (foto terlampir).

(Akses jalan dari jalan Sisingamangaraja menuju Karang Tumaritis Nabire jaman dulu)

Namun keberadaan meriam sendiri sebenarnya sudah sangat lama diketahui warga setempat, dan diduga berada di puncak Bukit Meriam. Terbukti dengan nama Bukit Meriam yang sudah sangat lama digunakan menjadi nama kawasan tersebut. Namun tidak diketahui jelas, siapa penemu pertama meriam ini.


Bahkan dari penelusuran informasi yang diterima Nabire.Net, meriam milik tentara Jepang inilah yang diduga menembak jatuh salah satu pesawat milik Amerika (Sekutu) di Pulau Ahe.

Sementara pesawat Amerika lainnya diduga jatuh di Perairan Teluk Wondama, usai melakukan misi pengeboman di Nabire. Pesawat tersebut jatuh karena kehabisan bahan bakar.

(Baca Juga : Peneliti Telusuri 4 Pesawat Jepang Peninggalan Perang Pasific Di Perairan Pulau Rouw Teluk Wondama)

Namun kondisi meriam peninggalan Jepang ini terlihat tidak terawat sama sekali, dan berada di samping Asrama Polres Nabire. Padahal, meriam tersebut merupakan bukti sejarah bahwa Nabire pernah dijadkan Pos Intai oleh pasukan Jepang kala itu.

Selain itu, meriam tersebut bisa menjadi saksi peninggalan sejarah bagi generasi muda yang tentu akan terus diingat dan bisa menjadi daya tarik bagi warga Nabire maupun wisatawan mancanegara.

Oleh karena itu, pemerintah kabupaten Nabire melalui instansi terkait, perlu memelihara dan menjaga meriam milik tentara Jepang tersebut, sehingga tidak cepat rusak.

Sementara itu saat Nabire.Net meminta keterangan dari Peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto, ia meminta pemkab Nabire berkoordinasi dengan Balai Pelestarian Cagar Budaya Maluku Utara.

Dikatakan, pemerintah kabupaten Nabire, melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata atau Polres Nabire, bisa menyurati Balai Pelestarian Cagar Budaya di Maluku Utara sebagai wilayah kerjanya, agar meriam tersebut yang merupakan salah satu cagar budaya dapat dijaga dan dilestarikan.

Kepada Nabire.Net, Hari Suroto mengatakan informasi ini sementara akan dia teruskan ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Papua.

[Nabire.Net]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *