Mengajarkan Anak Usia Dini Untuk Berbagi

(Mengajarkan Anak Usia Dini Untuk Berbagi)

Nabire, Setiap orang termasuk Anak Usia Dini , sebenarnya telah memiliki kepekaan dan rasa empati dalam dirinya.

Mengajarkan anak untuk berempati sejak Usia Dini salah satunya dengan cara “berbagi” dengan sesama.

Berbagi disini yang dimaksud yaitu tidak hanya dengan materi, namun juga dengan makanan, waktu bermain, senyuman dan kebahagiaan.

Sebagai seorang pendidik PAUD tentunya hampir setiap hari melihat anak anak bermain. Pada saat itulah sering menjumpai sikap anak yang enggan untuk berbagi  baik mainan , makanan. Sehingga munculah anggapan orang dewasa bahwa anak yang tidak mau berbagi tersebut dikatakan “ pelit” atau “egois”. Padahal yang dilihat tidaklah sama dengan perkiraan orang dewasa tersebut. Mengapa? Karena pada saat kejadian tersebut hendaknya pendidik atau orang deasa yang ada di dekatnya bisa menjadi “penengah” untuk menghadapi masalah tersebut. Bukan malah membela atau memaksa salah satu anak yang bertengkar untuk memberikan mainannya. oleh sebab itulah sudah seharusnya kita memberikan pengertian tentang konsep berbagi, agar ank tidak merasa terpaksa ika harus berbagi apapun kepada temannya.

Mengajarkan anak untuk berbagi memang bukanlah hal yang mudah. Namun menumbuhkan rasa itu tidak bisa dating secara tiba-tiba. Melainkan membutuhkan proses yang tidak mudah.

Sebagai pendidik untuk membantu anak dalam berbagi perlu beberapa strategi dintaranya:

1.    Mengenalkan makna kata “bergiliran/bergantian”

Pada hal ini pendidik menjelaskan tentang kegiatan yang harus dilakukan secara bergantian/giliran, agar anak memahami dan mampu melakukan kegiatan yang harus dilakukan secara bergantian/giliran.

2.    Menjadi teladan/ contoh

Seorang pendidik sudah seharusnya menjadi teladan bagi peserta didiknya,dalam hal berbagi pendidik bisa dengan melakukan berbagi makanan dengan peserta didiknya di sekolah. Pada saat itulah pendidik bisa menunjukkan sikap berbagi kepada sesame.

3.    Melibatkan peserta didik pada kegiatan social di sekolah.

Melalui kegiatan social ini dapat melatih anak untuk menyisihkan sebagian uang saku untuk di masukkan ke kotak amal. Yang nantinya hasil dari kotak amal tersebut akan di sumbangkan kepada orang yang sangat membutuhkan. Misalnya: menenguk teman yang sakit, atau berkunjung ke fakir miskin terdekat.

Pada saat itulah pendidik bisa menjelaskan tentang manfaat bersedekah dan manfaat bagi orang yang menerima sedekah. Dengan demikian anak akan mampu mensyukuri apa yang sudah dimiliki dan di lakukan terhadap orang lain.

4.    Memiliki apresiasi dan motivasi

Setelah anak mampu berbagi dengan orang lain maka hendaknya angan mengabaikan hal itu, sudah seharusnya kita memberikan reword atau sekedar pujian agar dapat melanjutkan siikap berbagi tersebut hingga anak benar-benar memahami tentang apa itu berbagi.

Ketika anak sudah memahami tentang “berbagi” maka dengan sendirinya akan merasakan bagaimana rasanya berbagi dengan teman orang lain. Oleh sebab itu sikap berbagi tersebut harus ditanamkan dalam diri anak sejak usia dini,, agar nanti kelak dewasa sikap tersebut akan dapat melekat sebagai pembiasaan yang baik dalam kehidupannya.

Karena pada hakikatnya sikap berbagi merupakan rasa syukur kita semua terhadap nikmat yang Allah SWT berikan kepada kita semua di dunia.

Penulis : Umi Hanik, S.Pd

[Nabire.Net]



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *