Ketua LLDIKTI Wilayah XIV Apresiasi USWIM Karena Masih Ada Mahasiswa yang Bon Tapi Bisa Ikut Wisuda
Nabire, Universitas Satya Wiyata Mandala Nabire adalah perguruan tinggi terbesar di provinsi Papua Tengah dengan jumlah lulusan terbanyak. Namun apresiasi patut diberikan kepada USWIM karena masih bertoleransi kepada wisudawannya yang bon.
Demikian penegasan Kepala LLDIKTI Wilayah XIV Papua dan Papua Barat, Dr. Suriel Mofu, S.Pd, M.Ed, M.Phil., dalam sambutannya pada acara Rapat Senat Terbuka USWIM Nabire dalam rangka Wisuda Sarjana Strata Satu (S1), Angkatan XXII Tahun Akademik 2023/2024, Kamis (16/11/2023).
(Baca Juga : Ini Pesan Rektor USWIM Pada Wisuda S1 USWIM Nabire Angkatan XXII Tahun 2023/2024)
“Saya atas nama Mendikbudristek menyampaikan selamat dan sukses pada seluruh Wisudawan dan Wisudawati yang pada hari ini dikukuhkan, dilantik gelar kesarjanaan dan diberikan ijazah dalam wisuda ini. Kehadiran saya sebagai layanan lembaga pendidikan tinggi wilayah 14 Provinsi Papua, Papua Barat, Papua Selatan, Papua Tengah, Papua Pegunungan dan Papua Barat Daya pada kesempatan ini menandakan bahwa Universitas Satya Wiyata Mandala Nabire telah memenuhi standar nasional tinggi di pemerintah kita dan bahwa lulusan yang hari ini diwisuda telah memenuhi seluruh peraturan akademik yang ditetapkan oleh lembaga pendidikan tinggi”, terang Suriel Mofu,
(Baca Juga : Wisudawan USWIM Nabire Diajak untuk Berkarya dan Berkontribusi di Papua Tengah)
Oleh sebab itu, kepada para wisudawan, Suriel Mofu menegaskan bahwa mereka layak dan pantas diberi gelar sarjana dan ijazah di bidang dan keahliannya. Gelar sarjana dan ijazah yang dikeluarkan USWIM Nabire memiliki identitas ijazah nasional yang dapat digunakan oleh para lulusannya untuk mendapatkan pekerjaan maupun melanjutkan pendidikan ke jenjang akademik yang lebih tinggi baik di dalam maupun di luar negeri, karena USWIM Nabire merupakan salah satu perguruan tinggi swasta resmi yang berada di bawah kendali koordinasi dan pembinaan Kemendikbudristek melalui layanan lembaga pendidikan tinggi wilayah 14 Provinsi Papua, Papua Barat, Papua Selatan, Papua Tengah, Papua Pegunungan dan Papua Barat Daya, oleh sebab itu kualitas lulusannya dijamin oleh negara.
“Beberapa kali saya katakan wisuda di USWIM itu seperti wisuda di Amerika Serikat karena wisudanya dibuka di luar. Tapi yang lebih hebat lagi bahwa masyarakat bisa menyaksikan dengan terbuka proses wisuda yang berlangsung dan hanya terjadi di Nabire. Proses wisuda menjadi sumber inspirasi yang luar biasa bagi masyarakat untuk memotivasi masyarakat untuk lebih bisa mendorong anak-anak muda untuk dapat meningkatkan pendidikan tinggi sampai setinggi tingginya dengan mendapatkan gelar keserjanaan”, lanjutnya.
Kepada pemerintah provinsi Papua Tengah dan seluruh Bapak Ibu Bupati di wilayah Pegunungan Provinsi Papua Tengah, Bapak Ibu Anggota MRP, anggota DPRD baik Provinsi maupun Kabupaten, dari 436 ijazah yang diwisuda ada yang masih bon. Di perguruan tinggi swasta di tanah Papua, USWIM adalah juru selamat pendidikan tinggi karena mahasiswa bisa bon baru kuliah, bisa cicil SPP baru kuliah. Di UNCEN, UNIPA, UGM, ITB, segala perguruan tinggi hebat di Indonesia, tidak ada yang bisa bon dan itu hanya ada di perguruan tinggi swasta.
“Apakah di Papua ada yang kasih beasiswa dari semester 1 sampai tamat? karena yang saya berikan ini saya bawa dari Jakarta, noken yang saya bawa saya isi itu 11.562 anak Papua di dalamnya tapi saya mau kasih tau ada 60.000 anak Papua di tanah Papua yang sedang kuliah baru 11.000 yang dapat. Yang sisa itu kasihan mereka tidak berkesempatan mendapatkan beasiswa itu, saya tidak tau siapa yang tolong mereka karena saya berlomba dengan Kepala-Kepala seluruh Indonesia untuk mendapatkan kuota untuk anak-anak saya yang kuliah di PTS PTS, jadi bayangkan Kementerian saja sangat menghargai PTS PTS di tanah Papua. Sekarang kita yang di Papua bisa menghargai sama dengan Kementerian hargai atau tidak, dia kembali kepada Bupati Nabire, Bupati Deiyai, Bupati dogiyai, Bupati Paniai, Gubernur provinsi Papua Tengah untuk bisa lakukan sesuatu. Jangan cuma saya sendiri yang tanggung 11.000 mahasiswa karena kita tahu tidak mungkin tidak ada uang di daerah itu tadi, uang semuanya alokasi pusat semua belum ada di daerah saya belum punya catatan di daerah. Saya bersyukur adik saya Kepala Dinas Pendidikan Nabire sudah bertemu dan ada diskusi-diskusi menarik yang sudah kita diskusikan bagaimana tahun depan kita kumpul Kepala-Kepala Dinas lalu dibriefing untuk dicek datanya dan disinkronkan sehingga kita punya data yang sama, kita bisa lebih memperhatikan anak-anak kita dan jangan ada yang bon bon lag. Tapi terima kasih karena provinsi Papua Tengah sudah berjanji akan membayar SPP dari 435 mahasiswa yang menunggak dan ijazahnya ditahan. Mudah-mudahan bisa di selesaikan supaya Nabire bisa jadi contoh, itu kalau terjadi, sejarah pertama yang ada di Nabire itu duluan”, tegas Suriel Mofu.
“Mari kita semua bekerja sama supaya kita bersama-sama membangun sumber daya manusia di tanah Papua secara baik, terkhusus di Papua Tengah untuk lebih baik agar masa depan Papua itu cerah. Kegelapan akan lenyap seketika ketika lampu dinyalakan, kegelapan itu ketidaktahuan kita. Lampu itu adalah pengetahuan kita dan sebenarnya kata kuncinya itu ada pada kata tahu dan tidak tahu. Tidak ada orang yang bodoh, tidak ada orang pintar, yang ada itu hanya prang yang tahu dan tidak tahu”, pungkas Suriel mengakhiri sambutannya.
[Nabire.Net/Edi Sutrisno]
Tinggalkan Balasan