Ini Pengakuan Warga Bumi Mulia Nabire Terkait Mobilisasi Massa Menggunakan Mobil Di Kampungnya

Nabire – Pelaksanaan pencoblosan Pemilu Serentak Tahun 2019 di seluruh Indonesia telah dilaksanakan 17 April 2019 lalu. Namun hingga saat ini warga Nabire mengaku masih kecewa dengan proses pelaksanaan Pemilu yang amburadul, tidak demokratis dan terindikasi banyak kecurangan.

Tercatat banyak sekali pelanggaran dan kecurangan Pemilu 2019 di Nabire seperti dugaan money politic, formulir C6 yang tidak diterima warga, formulir C6 yang berbeda dengan identitas warga, pencoblosan oleh anak dibawah umur, pencoblosan berkali-kali, hingga pencoblosan surat suara yang sudah dilakukan sebelum hari pencoblosan, dugaan keterlibatan anggota KPPS untuk memenangkan partai/caleg tertentu, lokasi TPS yang dipindah tanpa sebab dan alasan yang jelas, penolakan warga yang menggunakan E-KTP walaupun terdaftar di DPT, habisnya surat suara sebelum waktu pencoblosan selesai serta mobilisasi massa lintas TPS.

(Baca Juga : Pemilu 2019 Di Nabire : Warga Laporkan Banyaknya Kecurangan & Proses Pencoblosan Yang Semrawut)

Salah seorang warga kampung Bumi Mulia (SPC) Distrik Wanggar Nabire, yang tak ingin disebutkan namanya, juga mengakui hal tersebut.

Ia menuturkan, pada hari pencoblosan 17 April 2019 lalu, massa menggunakan beberapa mobil datang ke beberapa TPS yang ada di kampung tersebut. Padahal warga mengaku tidak tahu darimana asalnya warga yang datang tersebut.

Warga heran ada banyak mobil yang datang dan tak ada satupun warga yang naik mobil tersebut dikenali warga asli setempat.

Bahkan massa tersebut melakukan kekerasan dan pemukulan terhadap petugas KPPS yang menolak pendaftaran massa yang datang, karena identitas massa tersebut berbeda dengan yang ada di undangan.

Menurut warga, aparat keamanan tidak bisa berbuat banyak karena jumlah massa lebih besar daripada aparat keamanan di setiap TPS.

Selain persoalan mobilisasi massa, masalah lainnya yang terjadi di kampung Bumi Mulia yakni habisnya kertas suara sebelum waktunya.

(Warga marah kepada KPPS karena tak bisa mencoblos akibat habisnya surat suara padahal waktu pendaftaran belum habis)

Disamping itu, warga menduga ada sejumlah petugas KPPS yang bekerjasama dengan aparat kampung untuk melakukan pencoblosan surat suara di malam sebelum hari pencoblosan dilaksanakan.

Oleh karena itu, warga mengaku sangat kecewa dan mengakui bahwa pemilu 2019 di Nabire berlangsung penuh kecurangan secara masif dan terstruktur.

[Nabire.Net]


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *