Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Papua (IPMAPA) Sambangi Korem 072 Yogyakarta
Terkait kasus pemukulan terhadap dua anggota TNI di Mini Market Full Time Babarsari oleh mahasiswa Papua di Yogyakarta beberapa waktu lalu, mahasiswa asal Papua yang bergabung dalam Ikatan Pelajar dan Mahasiswa Papua (IPMAPA) datangi Korem 072 Yogyakarta untuk meminta selesaikan masalah secara kekeluargaan, Rabu (15/05/2013).
“Sementara ini proses masalah ini masih dalam tahap BHP, sehingga kami masih punya kesempatan untuk menyelesaikan masalah secara kekeluargaan atau nonlitigas,” kata Leczi Degei, ketua koordinator penyelesaian masalah tersebut, kepada media ini.
Lanjut Leczi, “Kami telah melakukan negosiasi untuk penyelesaian masalah bersama korban. Tetapi korban katakan penyelesaian hanya dapat dilaksanakan bila pimpinan mereka, Danrem mau melakukan karena korban adalah anggota TNI dan terikat dengan peraturan intern TNI.”
“Beberapa hari lalu kami telah berkomunikasi dengan Danrem. Kata Danrem, kita akan ketemu minggu ini karena dari hari Senin hingga hari Jumat minggu ini Danrem tidak memiliki kesibukan,” jelas Leczi.
Danrem, kata Leczi, telah berjanji akan menyelesaikan masalah secara kekeluargaan. Danrem ma mengupayakan agar mahasiswa Papua bertemu dengan korban dan keluarga besar Kei dan Ambon di Jogja. Tapi sampai sekarang janji tersebut belum terpenuhi.
Masih dari Leczy, “Oleh karenanya kemarin kami memutuskan untuk mendatangi Danrem di Korem 072, tempat tugasnya, sesuai dengan kesepakantan dengan Danrem. Kami telah berupaya menghubungi bagian Humas Korem agar membuat jadwal pertemuan dengan Danrem sesuai waktu yang dijanjikan Danrem, Minggu ini, tetapi upaya kami tidak direspon oleh bagian humas Korem, telpon kami tidak pernah diangkat, SMS pun tidak pernah dibalas.”
“Kami kumpul di sini untuk menjelaskan kepada Danrem penyelesaian masalahnya. Kami ingin selesaikan masalah secara kekeluargaan. Tolonglah, jangan membeda-bedakan kami, dalam penyelesaian masalah ini Danrem anggap kami juga sebagai anak,” kata Leczi.
“Upaya penyelesain masalah secara kekeluargaan ini telah diupayakan sejak awal. Ini adalah cara penyelesaian berdasarkan adat Papua. Upaya pertama adalah telah dibuat surat permohonan maaf kepada pihak pemilik toko Full Time dan korban. Upaya kedua adalah menyelesaikan masalah secara kekeluargaan bersama Danrem, pelaku, dan korban terkait peristiwa tersebut. Tetapi upaya ini pun belum terlaksana. Darem katakan akan pertemukan kami dengan keluarga besar Ambon dan Kei untuk penyelesaian masalahnya, namun hal itu belum terlaksana hingga kini. Kami juga telah menggalang dana untuk mengganti rugi semua kerugian dari berbagai pihak yang terlibat dalam masalah ini,” jelas Degei kepada sejumlah wartawan.
Aksi ini diterima Hardian Achmad perwakilan Danrem. Dalam penjelasannya, Achmadi menyampaikan, “Danrem sedang bertugas. Kalau mahasiswa ingin bertemu dengan Danrem, silahkan pergi ke Kebumen temui Danrem di sana, karena Danrem sedang menghadiri kegiatan di sana.”
Oleh karena Danrem tak ada di tempat tugas, Achmadi meminta pengertian dari mahasiswa Papua. “Kami minta pengertiannya dari mahasiswa sekalian karena kami juga hanya menjalankan tugas dari atasan,” katanya kepada mahasiswa Papua.
Lanjut Achmadi, “kegiatan Danrem akan selesai pada 17 Mei. Setelah tanggal itu mahasiswa boleh meminta Danrem untuk penyelesaian masalahnya secara kekeluargaan, itu pun jika Danrem tidak ada kegiatan.”
Setelah mendengar penjelasan terkait keberadaan dan kondisi Danrem, Leczi mengungkapkan upaya mahasiswa Papua demi penyelesaian masalah secara kekeluargaan kepada Achmadi, seperti dijelaskannya kepada wartawan.
“Kami ingin agar penyelesaian ini berlangsung sesegera mungkin, agar rekan-rekan kami dapat mengikuti aktivitas kuliah seperti biasa dan menyelesaikan masa akhir studinya dengan baik,” kata Leczy menanggapi pernyataan perwakilan Danrem.
(Sumber : Majalah Selangkah)
Tinggalkan Balasan