Hari Ini Sebelas Tahun Lalu, Mengenang Tragedi Tinju Nabire yang Tewaskan 18 Orang

(Kondisi GOR Nabire pasca kerusuhan 2013/Foto.Nabirenet)

Nabire, 14 Juli 2024 – Hari ini, tepat sebelas tahun yang lalu, 18 orang meninggal dunia dan 39 orang luka-luka akibat kerusuhan Kejuaraan Tinju Amatir Bupati Cup di Kota Lama Nabire, Kabupaten Nabire, Papua Tengah. Kejadian ini sempat menggemparkan masyarakat, bukan hanya di Nabire dan Papua bahkan menjadi atensi publik nasional bahkan Presiden RI saat itu, Susilo Bambang Yudhoyono.

Acara yang bertujuan untuk memilih atlet tinju yang akan mewakili Pemda Nabire dalam Pekan Olahraga Provinsi Papua di Jayapura pada Oktober 2013 ini awalnya berjalan sesuai rencana. Namun, pada malam final yang berlangsung pada Minggu (14/7/2013) pukul 20.00 WIT, suasana berubah drastis. Antusiasme masyarakat sangat tinggi, dengan penonton yang memadati GOR Kota Lama melebihi kapasitas yang ditentukan.

(Baca Juga : Kerusuhan Di Gor Kotalama Nabire, Karena Salah Satu Kubu Tidak Menerima Kekalahan Petinjunya)

“Kapasitas GOR sekitar 800-an, tapi jumlah penonton yang hadir sekitar 1.500 orang. Memang melebihi kapasitas,” kata Kapolres Nabire saat itu, AKBP Bahara Marpaung, Senin (15/7/2013).

Pertandingan final kelas 58 kilogram antara Yulius Pigome dari Sasana Mawa dan Alpius Rumkorem dari Sasana Persada dimulai pukul 21.00 WIT. Alpius Rumkorem keluar sebagai pemenang, namun saat penyerahan penghargaan pada pukul 23.00 WIT, kerusuhan pecah ketika para pendukung Yulius Pigome mengamuk karena kecewa dengan hasil pertandingan.

Upaya Satpol PP dan Polres Nabire untuk menghadang massa tidak cukup untuk mencegah kerusuhan. Penonton berebut keluar dari GOR yang hanya memiliki satu pintu akses keluar dan masuk. Beruntung, Bupati Nabire saat itu, Isaias Douw, berhasil dievakuasi dari kerumunan.

“Memang beliau masih ada di dalam saat peristiwa, tapi beliau bisa kita evakuasi dan selamat,” ucap AKBP Bahara.

Tragedi ini mengakibatkan 18 orang tewas dan 39 orang luka-luka. Korban luka-luka segera dilarikan ke RS Umum Daerah Nabire, sementara korban meninggal dunia dibawa ke rumah duka. Pemda Nabire menanggung biaya pengobatan dan memberikan santunan Rp 20 juta untuk masing-masing keluarga korban meninggal.

Kapolda Papua saat itu, Irjen Pol Tito Karnavian, menyatakan bahwa kapasitas GOR membludak setelah Bupati Nabire, Isaias Douw, mengizinkan penonton tanpa tiket masuk. “Kebijakan itu menyebabkan masyarakat berduyun-duyun memasuki GOR hingga melebihi daya tampung,” ungkap Tito pada Selasa (16/7/2013).

Tito menjelaskan bahwa korban tewas bukan karena kerusuhan antar pendukung, melainkan karena ketakutan dan desakan keluar melalui satu pintu utama yang menyebabkan banyak penonton terhimpit dan terinjak-injak.

Tragedi ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak dalam penyelenggaraan acara besar, khususnya dalam hal keselamatan dan kapasitas penonton. Semoga kejadian serupa tidak terulang lagi di masa depan.

[Nabire.Net]


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *