Gelar Pertemuan Dengan Kementerian PU-Pera Wilayah Papua, John Gobay Serahkan Usulan Penanganan Banjir Di Paniai
Ketua Dewan Adat Paniai yang juga anggota Dewan Adat Papua, John NR Gobai, menggelar pertemuan dengan Kementerian Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat Wilayah Provinsi Papua, senin siang 31 juli 2017.
Dalam pertemuan tersebut, John memaparkan fakta tentang bencana banjir di kabupaten Paniai, sekaligu menyerahkan usulan kepada Kementeria PU Pera dalam rangka penanganan banjir di kabupaten Paniai.
Berikut sejumlah fakta yang dipaparkan John Gobai kepada Kementerian PU Pera :
-
Tahun 2011 Bupati Paniai, Naftali Yogi mengatakan, ada 7 distrik yang tergenang air luapan Danau Paniai, dimana kondisinya cukup parah karena semua lahan pertanian dan perikanan serta pemukiman warga terendam air dan sama sekali tidak bisa digunakan, curah hujan yang cukup tinggi selama 3 bulan terakhir mengakibatkan air Danau Paniai yang terletak di Kabupaten Paniai meluap dan merendam 7 distrik. Selain menelan korban sebanyak 10 orang, luapan air setinggi 2-4 meter juga merusak lahan pertanian dan pemukiman warga, bahkan sebanyak 10 ribu warga terancam kelaparan dan terjangkit wabah penyakit, dengan situasi ini warga tidak mempunyai hasil panen, padahal pertanian dan perikanan adalah sumber utama mata pencarian warga. Saat itu berbagai penyakit juga mulai bermunculan di tujuh distrik yang masih tergenang air, antara lain: penyakit Kolera, Tipes, ISPA dan Malaria.
-
Pada tanggal 21 Oktober 2012, sebanyak 200 rumah terendam air akibat banjir bandang setinggi 1,5 meter. Ini akibat Danau Enarotali, Kabupaten Paniai meluap, setelah hujan lebat mengguyur daerah itu, pada malam hari, kondisi kota, terutama jalan-jalan masih terendam air.
-
Tahun 2013, Bupati Paniai, Hengky Kayame, mengatakan, banyak rumah dan kebun warga masyarakat yang terendam oleh luapan air danau akibat hujan yang terus menerus, termasuk rumah dan runaway Bandara Enarotali yang ikut terendam akibat luapan air danau, sehingga ditetapkan status tanggap darurat banjir di wilayah-wilayah yang terkena luapan air danau yakni Distrik Pasir Putih, Distrik Kebo, Distrik Paniai Barat dan wilayah lainnya.
-
Pada tanggal 23 Desember 2014 Kelurahan Enaro Tari Distrik Paniai Timur Kota Paniai Prov.Papua Kronologis mengalami hujan deras dan pendangkalan danau Paniai serta penyempitan Kali Enaro tali. Pastor Santon Tekege mengatakan, Pada 30 oktober 2016, rumah-rumah dan kebun masyarakat terendam air. Ada sekitar 800 rumah, ada empat kampung yang terendam air, yaitu Bobaigo, Kogekotu, Awabutu dan Dupia/Aikai, masyarakat Bobaigo sudah mengungsi. Jalan trans Enaro-Dagouto putus.
-
Pada tahun 2017, Banjir akibat luapan Danau Paniai di Kampung Bobaigo, Distrik Paniai Timur, Paniai, tidak hanya merendam 30 rumah warga, tetapi juga merendam kebun ubi, sayur, dan kandang ternak babi, kambing, ayam, dan bebek. Air di dalam rumah sudah sekitar 15 cm, kalau curah hujan terus meningkat warga terpaksa membuat tempat lebih tinggi dalam rumah atau pindah ke rumah warga yang belum terkena banjir, kedalaman air di kebun batas dada orang dewasa, tapi air di halaman rumah mendekati kaki, kalau kita panen agak kerepotan, harus mengunakan perahu untuk mengangkut ke daratan, sedangkan kandang ternak tidak bisa diangkat karena sudah terendam
John juga menuturkan sejumlah penyebab banjir yaitu, curah hujan yang tinggi, banyaknya penebangan pohon, banyaknya sungai dan Danau Tage yang bermuara ke Danau Paniai sementara pembuangannya hanya melalui Sungai Yawei, adanya jalan yang dibangun antara Enarotali-Dagouto, yang sedikit menutup air sungai di Lembah Weya, bertumbuhnya eceng gondok di danau paniai khususnya di Aikai dan muara-muara sungai, penyempitan muara-muara sungai Enarotali, dan adanya bangunan dan perumahan di Iyaibutu di Pinggiran Danau Paniai.
Diakhir pertemuan, John Gobay memaparkan sejumlah solusi kepada Kementerian PU Pera yaitu :
1. Pengerukan Eceng Gondok di Sekitar Aikai dan Iyaibutu di Pinggirin Danau Paniai, dengan menggunakan alat berat
2. Membangun Danau-danau Buatan di beberapa titik, dilembah lembah seperti Weya, Eka, Aga dan Kebo untuk pembuangan air daerah sungai sungai dan dikembangkan sebagai Kolam Pemancingan sebagai Tempat Hiburan.
[Nabire.Net]
Tinggalkan Balasan