Fenomena Gangguan Jiwa di Nabire: Yayasan Difabel Desak Pembangunan Rumah Sakit Jiwa

(Fenomena Gangguan Jiwa di Nabire: Yayasan Difabel Desak Pembangunan Rumah Sakit Jiwa)

Nabire, 7 Desember 2024 – Fenomena gangguan jiwa yang semakin meningkat di Nabire kian memprihatinkan. Banyak masyarakat yang merasa resah, bahkan tak sedikit yang membawa anggota keluarga mereka yang mengalami gangguan jiwa ke Yayasan Peduli Difable Nabire dengan harapan mendapatkan perawatan dan pengobatan. Namun, kenyataannya, Yayasan tersebut tidak mampu menangani pasien dengan gangguan jiwa berat.

Ketua Yayasan Forum Difable Indonesia (YFPDI) Nabire, Maria Yeti Asaputri Kapitarauw, S.Sos., MM, yang akrab disapa “Mami”, menjelaskan bahwa yayasan ini memang melayani anak-anak dengan disabilitas fisik dan mental, anak berkebutuhan khusus, anak yatim, serta anak-anak putus sekolah. Meski demikian, pihaknya tidak memiliki kapasitas untuk menangani orang-orang dengan gangguan kejiwaan parah.

“Kami tidak mampu menangani orang-orang dengan gangguan kejiwaan atau gangguan mental berat karena mereka membutuhkan perawatan medis intensif dari dokter spesialis kesehatan jiwa, psikiater, psikolog, serta pengobatan khusus seperti obat-obatan, suntikan, atau metode terapi tertentu,” jelas Mami.

Penolakan yang Tidak Terelakkan

Mami mengaku sering kali harus menolak pasien gangguan jiwa yang dibawa oleh keluarga mereka ke yayasan. Secara administratif, yayasan ini dapat menerima mereka sebagai penyandang disabilitas mental atau intelektual yang dapat bergabung dengan sekolah inklusi Matahari yang dikelola oleh yayasan. Namun, untuk kategori gangguan kejiwaan parah, yayasan ini tidak memiliki fasilitas dan tenaga medis yang memadai.

“Sering kali saya terpaksa menolak orang-orang dengan gangguan kejiwaan karena kami tidak memiliki kemampuan untuk merawat mereka dengan perawatan medis yang intensif,” tambahnya.

Mendesak Pembangunan Rumah Sakit Jiwa

Sebagai seseorang yang telah belasan tahun menangani anak-anak difabel dan berkebutuhan khusus, termasuk yang mengalami bisu-tuli, down syndrome, hingga autisme, Mami merasa sangat prihatin dengan kondisi ini. Ia mendesak Pemerintah Provinsi Papua Tengah untuk segera mendirikan Rumah Sakit Jiwa di Nabire.

“Besar harapan saya agar Pemerintah Papua Tengah segera membangun Rumah Sakit Jiwa di Nabire untuk melayani saudara-saudara kita yang membutuhkan perawatan dan pengobatan medis. Hingga saat ini, fasilitas tersebut belum tersedia di Nabire,” pungkasnya.

Fenomena ini menjadi peringatan bagi pemerintah dan seluruh pihak terkait untuk segera mengambil langkah konkret demi mengatasi permasalahan kesehatan jiwa yang semakin mendesak di Nabire.

[Nabire.Net]


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *