Nabire Kasus Tertinggi HIV/AIDS, YAPKEMA Gelar Diskusi Pencegahan di Kalangan Pelajar
Nabire, 24 Februari 2025 – Kabupaten Nabire mencatat angka tertinggi kasus HIV/AIDS di Indonesia, mendorong Yayasan Pembangunan Kesejahteraan Masyarakat (YAPKEMA) untuk menggelar diskusi pencegahan penyakit menular seksual di kalangan remaja. Kegiatan ini berlangsung di Aula Kantor Distrik Teluk Kimi, Kabupaten Nabire, dengan menghadirkan perwakilan pelajar dari lima SMA dan SMK di wilayah timur Nabire, 21 Februari 2025.
Peran YAPKEMA dalam Pencegahan HIV/AIDS di Nabire
Mis Murib, Manager Program Kepemudaan YAPKEMA, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan program perdana bidang kepemudaan YAPKEMA di Nabire. Sebelumnya, YAPKEMA telah berfokus pada pendampingan ekonomi petani, kesehatan keluarga, dan pendidikan anak di tiga kabupaten wilayah adat Meepago: Paniai, Dogiyai, dan Deiyai.
“Nabire menjadi pusat pergaulan bagi generasi muda Papua dari berbagai suku. Ini yang mendorong kami memperluas jangkauan program ke Nabire,” ujar Mis Murib yang juga aktif dalam komunitas literasi di Nabire.
Topik pencegahan penyakit menular seksual dipilih karena tingginya angka penyebaran HIV/AIDS di Nabire. Sebanyak 25 pelajar lintas suku dari lima SMA/SMK hadir dalam diskusi ini.
Edukasi Kesehatan Reproduksi dan Penyakit Menular Seksual
Kegiatan ini menghadirkan dua pembicara utama: dr. Ferina Steffi Aronggear dari Klinik St. Rafael Bukit Meriam Nabire dan Paula S Pakage, mantan Ketua Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kabupaten Nabire.
Dr. Aronggear menjelaskan bahwa remaja perlu mendapatkan edukasi tentang penyakit menular seksual karena informasi ini jarang diperoleh di sekolah. “Remaja memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Manfaatkan itu untuk mendapatkan informasi yang benar tentang pergaulan sehat,” katanya.
Berbagai jenis penyakit menular seksual yang dibahas meliputi gonorrhea, sifilis, HIV, serta infeksi jamur pada alat kelamin. Dr. Aronggear juga mengajak para remaja untuk tidak ragu berkonsultasi dengan tenaga medis agar deteksi dini dapat dilakukan.
Paula S Pakage menambahkan bahwa di Kabupaten Nabire terdapat 12 puskesmas dan satu klinik yang dapat diakses untuk pemeriksaan IMS secara terjangkau. Ia menekankan pentingnya membekali diri dengan pengetahuan agar dapat melindungi diri dari HIV/AIDS.
Antusiasme Pelajar dalam Diskusi
Sebanyak 10 dari 25 pelajar aktif bertanya terkait cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS. Mereka berasal dari SMA YPBI Sion, SMK N 4, SMK N 3 Lagari, SMA N 6 Lagari, dan SMK Bakidi Yasebaper.
Acara dibuka dengan doa oleh Suster Kristin dari Klinik Santo Rafael Nabire, diikuti sambutan oleh Marsel Pigai, Program Manager Ekonomi YAPKEMA, serta Daud Sawaki, Sekretaris Distrik Teluk Kimi. Sawaki yang juga kader Sirkumsisi Medis Sukarela (SMS) mendukung penuh kegiatan ini dan mengajak remaja untuk menyebarkan informasi ke teman sebaya mereka.
Diskusi yang dimulai pukul 10.30 WP berlangsung hingga pukul 15.00 WP. Antusiasme para pelajar menandakan pentingnya edukasi seputar kesehatan reproduksi dan pergaulan sehat di kalangan remaja Nabire.
Dengan adanya program ini, diharapkan generasi muda Papua lebih sadar akan pentingnya menjaga kesehatan reproduksi dan mencegah penyebaran HIV/AIDS.
[Nabire.Net]
Tinggalkan Balasan