Ancam 11 Dari 15 Distrik Di Nabire, Perlu Ada Solusi Bagi Abrasi Pantai
(Abrasi di Pantai Kalibobo Nabire)
Nabire – Abrasi pantai adalah proses pengikisan daerah pantai akibat gelombang laut yang sifatnya merusak. Abrasi pantai juga sering disebut sebagai erosi pantai. Pengikisan seperti ini dapat menyebabkan berkurangnya daerah pantai, terutama daerah yang paling dekat dengan air laut. Perlahan tapi pasti, jika dibiarkan terus menerus, abrasi akan menggerus semua daerah pantai sehingga air laut akan menggenangi semua wilayah pantai dan pemukiman penduduk.
Demikian halnya yang terjadi di Nabire. Ancaman abrasi pantai semakin hari semakin mengkhawatirkan, khususnya bagi warga yang tinggal di pesisir pantai.
Bahkan menurut survey yang dilakukan selama tiga tahun lebih oleh Tim Kerja Rencana Penanggulangan Bencana kabupaten Nabire, abrasi pantai digolongkan sebagai ancaman bencana di Nabire. Bahkan tak tanggung-tanggung dapat mengancam 11 dari 15 Distrik yang ada di Nabire.
(Baca Juga : 9 Potensi Bencana Alam Ancam Kabupaten Nabire)
Abrasi tidak serta merta mengikis wilayah pesisir pantai, namun lambat laun hasilnya akan terlihat beberapa tahun mendatang. Hal inilah yang perlu menjadi perhatian pemerintah kabupaten Nabire.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum kabupaten Nabire, Otto Riskandar ST MT, saat ditanyakan mengenai hal ini oleh Nabire.Net, belum lama ini, menjelaskan bahwa persoalan abrasi memang mengancam wilayah pesisir Nabire. Namun menurut Otto, hal tersebut perlu dikoordinasikan juga dengan BPBD Nabire terkait penanggulangannya.
Sementara menurut Kepala BPBD Nabire, Drs. Blasius Nuhuyanan, pihak BPBD Nabire sudah mendata persoalan abrasi pantai sejak tahun lalu, baik mulai dari kawasan Teluk Kimi Samabusa hingga pantai Waroki Distrik Nabire Barat.
“Abrasi pantai ini bukan terjadi kali ini, artinya bahwa sudah bertahun-tahun terus terjadi dan mengakibatkan beberapa rumah warga terancam roboh baik yang ada di Kelurahan Kalibobo, Kampung Air Mandidi Samabusa Distrik Teluk Kimi, dan Kampung Waroki yaitu sebuah rumah ibadah nyaris roboh diterjang gelombang pasang,” kata Blasiu, seperti dikutip Nabire.Net dari RRI Nabire.
Blasius juga meminta agar warga Nabire yang terkena dampak langsung dari abrasi bisa bersabar, karena pihaknya bersama stakeholder terkait akan berkoordinasi dan berupaya mendorong aspirasi warga ke Kepala Daerah bahkan ke tingkat pusat untuk segera menyikapi permasalahan tersebut dengan membuat talut yang dapat melindungi kawasan pantai dan juga rumah warga dari hantaman ombak.
Seperti diketahui, akibat abrasi pantai yang terjadi sejak lama di Nabire, sejumlah bangunan yang dulunya dibangun cukup jauh dari bibir pantai, saat ini jaraknya sudah sangat dekat dengan air. Bahkan ada juga bangunan yang sudah terkikis habis oleh air.
Abrasi ini semakin diperparah dengan tingginya gelombang laut yang terjadi akhir-akhir ini di Nabire.
Dari hasil pemantauan Nabire.Net, ada lapangan tenis di Nabarua (Honai) yang sudah habis dikikis abrasi pantai.
Selain itu, ada sejumlah tempat ibadah di wilayah Samabusa yang sudah cukup dekat dengan air laut.
Disamping itu, pantai sepanjang 800 meter dari Tanjung Ketapang hingga muara Samabusa sudah melengkung jauh ke darat.
Sejumlah pemukiman warga di Kalibobo Nabire juga terancam terkikis air laut.
Beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah abrasi antara lain pembuatan talud/turap untuk menahan kikisan air laut, penanaman pohon bakau di sekitar pantai, tidak menambang pasir pantai secara berlebihan, dan juga merawat terumbu karang dengan baik karena terumbu karang dapat mengurangi kekuatan ombak laut saat pasang sehingga dapat mengurangi terjadinya abrasi. Hal ini sangatlah penting dilakukan karena akibat yang ditimbulkan oleh abrasi pantai tidaklah kecil.
[Nabire.Net]
Tinggalkan Balasan