SMA Negeri Meepago Nabire Gelar Perpisahan Angkatan Pertama
Nabire, 3 Mei 2025 – SMA Negeri Meepago Nabire menggelar perpisahan bagi angkatan pertama sekolah tersebut yang berlangsung di gedung lama Kalibobo, sebelum rencana pemindahan ke gedung baru di Kimi.
Acara yang mengangkat tema “Kisah Akhir, Awal Perjalanan Baru” ini dihadiri oleh Sekretaris Dinas Pendidikan Kabupaten Nabire, Victor Tebai, para orang tua/wali siswa, kepala sekolah, serta puluhan siswa dan guru, Sabtu (03/05).
Perpisahan tersebut menjadi momen penuh haru dan refleksi, terutama bagi para lulusan pertama yang telah melewati perjalanan panjang sejak awal berdirinya sekolah ini.
Perwakilan siswa sekaligus Ketua OSIS, Metusalem Bedopa, mengungkapkan rasa syukur dan harapan kepada generasi berikutnya.
“Terima kasih Bapak Ibu guru atas semangat dan bimbingannya. Kepada adik-adik, teruslah aktif di sekolah maupun di OSIS, dan kepada sesama peserta lulusan, mari kita tetap membawa semangat dan kontribusi positif di manapun kita berada,” ucapnya.
Kepala Sekolah SMA Negeri Meepago, Oktopianus Tebai, menjelaskan bahwa dari 23 siswa yang diterima saat pertama kali dibuka, sebanyak 12 siswa berhasil menyelesaikan pendidikan mereka.
“Kami tidak menuntut mereka harus jadi hebat, tapi cukup menjadi orang-orang yang berguna, bertanggung jawab di rumah, gereja, tempat kerja, dan masyarakat. Itu prinsip yang kami tekankan sejak awal,” katanya.
Di balik kemeriahan perpisahan, terselip kisah panjang tentang perjuangan pembangunan sekolah ini. SMA Negeri Meepago adalah bagian dari visi besar Gubernur Papua saat itu, Lukas Enembe, yang sejak 2016 merintis pembangunan sekolah unggulan di lima wilayah adat Papua.
“Sekolah ini adalah mimpi besar yang mulai diwujudkan dengan pelepasan tanah di Kimi dan pembangunan fisik dari 2019 hingga 2021,” jelas Oktopianus.
Namun, perubahan kebijakan dan pemekaran wilayah menyebabkan kendala dalam pengelolaan dan pembiayaan.
“Setelah Papua Tengah berdiri, kewenangan SMA-SMK dikembalikan ke kabupaten. Akibatnya, sekolah baru seperti kami sulit berkembang karena keterbatasan dana BOS dan belum memadai jumlah siswanya,” jelasnya.
Meski begitu, komitmen untuk memindahkan operasional ke gedung baru tetap kuat.
“Bulan Juli nanti kami akan pindah ke lokasi yang sebenarnya, walau jalan rusak masih jadi kendala. Kami sangat berharap pemerintah bisa bantu pengerasan atau pengaspalan 10 meter jalan yang jadi titik kritis,” serunya.
Ia juga menggarisbawahi kebutuhan mendesak lainnya: air bersih, meubel, rumah guru, aula, gereja, klinik, hingga fasilitas asrama.
“Karena ini sekolah berpola asrama, pembinaan karakter siswa berjalan terus, bukan hanya di kelas tapi juga di lingkungan tempat tinggal mereka,” tambahnya.
Kehadiran suster biara sebagai pembina siswa putri juga menjadi kekuatan sekolah ini dalam memberikan pendidikan menyeluruh, termasuk aspek iman dan moral.
“Kami ingin mencetak generasi muda yang tidak hanya cerdas, tapi juga berkarakter dan terbuka terhadap semua latar belakang agama,” ujar Oktopianus.
Sementara itu, Sekretaris Dinas Pendidikan Nabire, Victor Tebai, menyampaikan pesan kepada para lulusan.
“Tidak boleh ada yang menganggur. Kalau tidak kuliah, masuklah ke dunia kerja atau usaha. Nabire sebagai ibu kota Papua Tengah butuh generasi yang siap memajukan daerah,” tegasnya.
Perpisahan diakhiri dengan pembacaan puisi perpisahan yang disampaikan dalam suasana hening dan penuh rasa haru, diiringi musik lembut yang menggambarkan kedalaman rasa perpisahan sekaligus semangat menuju masa depan baru.
SMA Negeri Meepago bukan sekadar sekolah. Ia adalah simbol harapan, perjuangan, dan cita-cita pendidikan Papua Tengah. Kini, angkatan pertama telah melangkah, dan tongkat estafet ditinggalkan kepada generasi berikutnya untuk terus membawa cahaya pendidikan ke ujung timur negeri ini.
[Nabire.Net/Musa Boma]
Sangat amazing buat bapak kepala sekolah dan guru-guru semua tuhan kawal dalam pengabdiannya