SMA Negeri Meepago Butuh Dukungan Pemerintah Agar Tidak Stagnan
Nabire, 3 Mei 2025 – Di tengah semangat perpisahan angkatan pertama SMA Negeri Meepago, Kepala Sekolah Oktopianus Tebai mengungkapkan harapan besar kepada pemerintah untuk melanjutkan pembangunan sekolah unggulan berbasis asrama yang berada di Kimi, Nabire.
Sekolah ini adalah buah dari gagasan Gubernur Papua saat itu, Lukas Enembe, pada tahun 2016, dengan visi besar membangun sekolah unggulan di lima wilayah adat Papua: Hanim, Syaireri (Biak), Mepago (Nabire), Lapago (Wamena), dan Tabi (Jayapura).
“Sekolah ini dibentuk sebagai sekolah unggulan langsung ditangani oleh provinsi. Tahun 2016 sudah ada pelepasan tanah di Kimi dan pembangunan fisik mulai dikerjakan pada 2019 hingga 2021,” jelas Oktopianus, Sabtu (03/05).
Namun, pergantian kewenangan akibat pembentukan Provinsi Papua Tengah serta diberlakukannya PP Nomor 106 dan 107 yang mengembalikan kewenangan SMA/SMK ke kabupaten, menimbulkan tantangan besar, terutama dalam hal pendanaan.
“Sekolah baru dengan siswa yang masih sedikit tentu tidak mendapatkan dana BOS yang memadai. Kami membutuhkan lebih banyak guru, tetapi anggarannya terbatas,” keluhnya.
Meski demikian, pihak sekolah tetap berkomitmen untuk pindah ke gedung utama di Kimi pada Juli mendatang, meskipun akses jalan masih menjadi kendala.
“Kami sangat berharap sebelum tahun ajaran baru, pemerintah bisa bantu pengerasan atau pengaspalan jalan. Hanya sekitar 10 meter yang rusak. Kalau bisa dicor semen pun, itu sudah sangat membantu,” katanya penuh harap.
Selain infrastruktur dasar, Kepala Sekolah juga menekankan pentingnya pembangunan fasilitas pendukung seperti air bersih, mebel (meja-kursi), rumah guru, aula, gereja, klinik, dan pagar sekolah.
“Karena ini sekolah berpola asrama, maka fasilitas-fasilitas itu menjadi mutlak dibutuhkan, termasuk rumah pembina dan kantin,” tambahnya.
Lebih jauh, ia menjelaskan bahwa sekolah berpola asrama ini berbeda dari SMA biasa. “Anak-anak tinggal dan belajar dalam satu lingkungan. Proses pembelajaran tidak berhenti di kelas, tetapi berlanjut hingga ke asrama. Ini sangat membantu menekan kenakalan remaja dan memperkuat pembinaan karakter,” ujarnya.
Untuk memperkuat aspek pembinaan, pihak sekolah juga bekerja sama dengan para suster dari biara untuk mendampingi siswa putri.
“Anak-anak perempuan butuh pembinaan khusus, bukan hanya akademik, tetapi juga moral dan rohani,” tegasnya.
Sekolah ini juga menerapkan pendekatan inklusif dalam hal agama. “Kami melibatkan pendeta dan pastor secara bergantian dalam pelayanan ibadah. Tujuannya agar siswa tidak tumbuh dengan sekat-sekat denominasi. Ketika kelak mereka menjadi pemimpin, mereka bisa melayani siapa saja, tanpa membeda-bedakan,” katanya.
Menutup wawancaranya, Oktopianus Tebai mengajak semua pihak, terutama pemerintah, untuk menjadikan SMA Negeri Meepago sebagai proyek bersama demi mencetak generasi Papua yang unggul, tangguh, dan berdaya saing tinggi.
“Kalau 30% dana Otsus bisa diarahkan untuk pendidikan seperti ini, saya yakin ini bukan hal yang terlalu besar. Tapi dampaknya akan sangat luar biasa bagi masa depan Papua Tengah,” tutupnya.
[Nabire.Net/Musa Boma]
Tinggalkan Balasan