Mengenal Sosok Maria Yeti Asri Saputri, Perawat Kaum Difabel dan Yatim Piatu di Nabire Papua

Mengenal Sosok Maria Yeti Asri Saputri, Perawat Kaum Difabel dan Yatim Piatu di Nabire Papua

(Mengenal Sosok Maria Yeti Asri Saputri, Perawat Kaum Difabel dan Yatim Piatu di Nabire Papua)

Nabire, Tak pernah terpikirkan sebelumnya bagi Maria Yeti Asri Saputri Kapitarauw S.Sos untuk melayani para penyandang disabilitas maupun anak yatim piatu. Tetapi semua itu berawal dari mimpi yang ia alami di tahun 2012, sehingga membuat dia mantap untuk terjun melayani kaun disabilitas maupun anak-anak yatim piatu.

Wanita kelahiran Solo, 12 Oktober 1980 ini memiliki obsesi besar untuk kesejahteraan kaum berkebutuhan khusus atau difabel. Tak hanya bagi kaum difabel, wanita dua anak ini juga menjadi pahlawan bagi anak yatim piatu yang terlantar.

Pada awalnya, tak pernah terpikirkan oleh Maria Yeti untuk melayani para penyandang disabilitas maupun anak yatim piatu. Semua berawal dari sebuah mimpi yang dialaminya di tahun 2012. Dari mimpi itu ia yakin mengabdikan hidupnya, melayani kaum disabilitas maupun anak yatim piatu.

Ia bahkan harus menjual motor dan perhiasannya untuk membangun penampungan dan membuka sekolah untuk anak-anak tak mampu, anak-anak putus sekolah, difabel parah baik fisik maupun mental. Walau menghadapi banyak tantangan, cacian hingga hinaan, ia tetap tegar melayani.

“Mukjizat Tuhan yang bisa membuat 105 anak yatim piatu dan difabel bisa bertahan hidup di Pantai “Seng Bekas”. Panti ini memang hanya diselimuti dinding seng dan kayu bekas, berukuran 8×15 m, berlantai tanah dan hanya ada tempat tidur menggunakan kardus yang dibungkus plastik,” kata Yetty kepada Nabire.Net.

Masih teringat jelas dalam memori Maria Yetty Saputri, setelah memantapkan diri mengabdikan dirinya sebagai pendiri Panti, betapa miris hatinya melihat anak-anak yang datang ke gubuk pantinya tanpa baju sehelai pun menutupi tubuhnya.

“Mereka hidup menggelandang mencari makan karena ayah-ibunya tiada. Begitu kami rawat, Tuhan sayang dia dan panggil dia karena tak sanggup lawan TBC dan Malaria,” tutur Yetty.

Kendala yang Dihadapi Dalam Pelayanan

Saat ini kami sedang merintis sekolah untuk anak-anak difabel, anak kurang mampu, anak putus sekolah, anak yatim piatu dan anak asli Papua. Sementara asrama kami saat ini berfungsi sebagai sekolah.

“Dalam saat-saat tertentu, saya merasa berat. Tetapi Tuhan selalu memberikan jalan keluar, baik lewat teman atau dari hamba-hamba Tuhan. Uang itu untuk membayar pajak, listrik, air, wifi, makanan, dan lain sebagainya, karena dari pemerintah belum ada campur tangan langsung dari pemerintah walaupun ini adalah tugas dari Dinas Sosial atau Dinas terkait, tapi bagi saya tidak masalah, karena ini panggilan hati saya sendiri yang berawal dari mimpi dan petunjuk Tuhan, harap Maria.

Maria pun harus berbagi waktu dan pikirannya sendiri, kapan dia harus bekerja mencari uang dan kapan harus pelayanan.

“Dalam 18 jam sehari, saya gunakan untuk pelayanan. pekerjaan pribadi saya dan saya bersyukur Tuhan berkati dengan lancar walau di tengah kondisi pandemi. Meskipun ada eberapa butik saya yang terpaksa harus tutup karena pandemi dan musibah, tetapi saya bisa terbantu dengan usaha lain dari homestay,” bebernya.

Apa Harapan Maria Dari Pelayananannya Saat Ini ?

Maria berharap kepada warga masyarakat agar bisa mensupport kaum disabilitas dan anak yatim piatu yang ia layani, dengan menghubunginya di nomor telepon 0821 3303 4656.

“Saya berharap dan saya ajak semuanya untuk kita bersama-sama menjadi berkat buat mereka kaum disabilitas maupun anak yatim piatu agar hidup kita bisa menjadi berkat buat mereka, mungkin waktu kita, tenaga dan pikiran kita, materi kita seperti sembako, pakaian, atau apapun yang bisa menjadi berkat bagi mereka,” harap Maria.

Maria juga berharap ada campur tangan dari pemerintah sesuai pasal 33 UUD 1945 bahwa ada perhatian dan bantuan khusus untuk kaum difabel maupun mereka yang diasuh dibawah yayasan Difabel ini.

“Selain pemerintah, masyarakat sekitarnya juga kata Maria bisa menerima keberadaan kaum difabel di lingkungannya bukan sebagai makhluk yang dijauhi dan tidak bisa dijadikan teman, tetapi mereka bisa diajak untuk berkumpul bersama melalui media-media yang kami punya seperti difabel cafe, sanggar difabel, difabel terapi, penampungan difabel, difabel homeschooling atau tempat-tempat yang saya peruntukkan untuk semacam inklusi sehingga terjadi pembauran antara yang difabel dengan orang-orang umum yang normal atau masyarakat,” pungkas Maria.

Untuk melihat kegiatan dan aktivitas dari Yayasan Difabel Nabire, bisa melihat langsung di sosial media mereka baik Facebook, Instagram maupun Twitter dengan keyword Difable Nabire-Papua.

Penghargaan Dari Merdeka Award

Dengan segala perjuangan hidupnya, jiwa dan raga untuk kaum marjinal dan kaum pinggiran, maka tidak heran perempuan satu ini mendapat penghargaan oleh pemerintah.

Terbukti di tahun 2022, tepatnya tanggal 23 Juni 2022, Maria Yeti mendapat undangan ke Jakarta untuk bertemu Wakil Presiden dan mendapatkan gelar kehormatan sebagai sosok inspiratif Indonesia di bidang sosial & kemanusiaan bersama 5 tokoh lain yang memiliki keahlian di bidangnya masing-masing.

Apabila pemerintah pusat telah mengakui dan menghargai perjuangan seorang Maria Yeti, tidakkah pemerintah setempat melalui dinas yang terkait masih tetap menutup mata dengan keberadaan masyarakat yangg diasuhnya yang jelas2 95% adalah OAP?

[Nabire.Net]


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *