Mengenal Lebih Dekat Empat Kartini Dari Nabire Papua

Hari Kartini yang diperingati setiap tanggal 21 April, banyak menginspirasi kaum perempuan di Indonesia untuk melanjutkan semangat perjuangan yang dilakukan Raden Ajeng Kartini dalam memperjuangkan kesetaraan dan kesamaan gender dengan laki laki. Demikian pula dengan Kartini-Kartini dari Papua yang ada di kabupaten Nabire.

Ada banyak perempuan Papua maupun non Papua yang berkontribusi besar bagi kaumnnya dan pembangunan di daerah, khususnya di kabupaten Nabire. Dalam rangka memperingati Hari Kartini 21 April 2018, Nabire.Net menampilkan beberapa sosok perempuan Papua dari Nabire yang banyak berjasa bagi pembangunan di daerah ini.

Sosok-sosok Kartini, pejuang kaum perempuan dari Nabire diantaranya, Mama JJ. Rumadas, Mama Robeka Rumainum, Mama Agustina Modouw, dan Ibu Merry Yoweni.

Mama JJ. Rumadas

(Dokpri)

Perempuan asal Mambor, Distrik Moora, kabupaten Nabire yang telah berusia 78 tahun ini adalah sosok yang juga memperjuangkan kaum perempuan agar bisa setara dengan kaum laki-laki.

Mama Rumadas ingin menegaskan bahwa perempuan Papua juga bisa berkontribusi bagi pembangunan di Papua. Melalui Asrama yang ia kelola yaitu Asrama Hasrat Suci Putri Mandiri, Mama Rumadas mau menunjukkan bahwa perempuan Papua juga mampu mengurus rumah tangganya dengan kemampuan dan ketrampilannya masing-masing.

Selama 24 tahun, dirinya mengasuh kaum perempuan, mendidik mereka untuk meraih masa depannya, baik selama mengelola Asrama maupun jauh sebelum itu saat dirinya masih bekerja sebagai PNS di Dinas Pendidikan.

Panti Asuhan yang didirikan sejak 1994 oleh Mama Rumadas saat ini telah mengasuh hampir 500-an anak perempuan dari pesisir dan pedalaman Papua, dan banyak dari mereka yang sudah sukses meniti karirnya.

Mama Robeka Rumainum

(Dokpri)

Perjuangan Robeka Rumainum mengajak warga Nabire untuk tidak melupakan pangan lokal sera’e, sejenis ubi jalar khas Nabire, dimulai pada tahun 1975. Ia merintis usaha itu ketika dirinya mengikuti sang suami yang berprofesi sebagai guru untuk hijrah dari Biak ke Nabire.

Peraih gelar Pahlawan untuk Indonesia dalam kategori Lingkungan versi MNC Group ini memandang, saat ini masyarakat setempat lebih memilih mengonsumsi beras dan mulai meninggalkan sera’e. Dengan tekun ia tak lelah mengajak para kaum ibu melestarikan sera’e meski kerap mendapat cibiran.

Perlahan namun pasti, perjuangannya pun akhirnya berbuah manis. Kini kelompok tani di desanya mengembangkan dan mengolah sera’e menjadi keripik dan dipasarkan ke berbagai wilayah.

Tidak berhenti sampai di situ, perempuan yang akrab disapa ‘Mama Robeka’ ini juga berhasil memberdayakan perempuan di Samabusa untuk meningkatkan produktivitas dengan cara menghasilkan berbagai kerajinan tangan yang bahan dasarnya dari barang bekas.

Kini, ibu dari tiga anak ini giat melatih para ibu di wilayahnya agar mampu mengembangkan kesejahteraan.

Mama Agustina Modouw

(Dokpri)

Dirinya dikenal sebagai pegiat seni, pegiat organisasi wanita gereja dan pengurus Dewan Kesenian Tanah Papua. Pernah menjabat sebagai Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan pada Dinas Pemberdayaan Masyarakat Kampung, Mama Agustina Modouw.

Tak banyak yang diketahui dari Mama Agustina Modouw, namun rekam jejaknya tercatat pernah memimpin sejumlah sanggar seni yang ada di Nabire, tampil di beberapa gelaran seni yang digelar di luar Nabire.

Walaupun terus termakan usia, namun semangat untuk memberdayakan kaum perempuan akan terus diperjuangkan Mama Modouw.

Merry Yoweni

(Dokpri)

Sosok yang satu ini cukup populer di kalangan pengusaha di Papua, maklum dirinya sudah 2 kali menjabat sebagai Ketua Kamar Adat Pengusaha Papua (KAPP).

Walaupun hanya menamatkan pendidikan setingkat SMA, namun sepak terjang Merry Yoweni di sejumlah LSM dan perusahaan tambang yang ada di Papua cukup disegani. Hal inilah yang mengantarnya menjabat Ketua KAPP selama 2 periode.

Bagi Merry Yoweni, dengan berjuang melalui Kamar Adat Pengusaha Papua, dirinya berharap bisa memunculkan generasi-generasi pengusaha asli Papua yang mandiri dan mapan tanpa selalu berharap pada Pemerintah maupun LSM.

Keinginan kuatnya yaitu memberdayakan dan menguatkan masyarakat Papua secara ekonomi, karena untuk membangun Papua baginya tidak harus menjadi pegawai, tidak harus bergelar sarjana, namun seberapa banyak orang Papua yang mau mandiri dalam dunia usaha, demi kebangkitan perekonomian masyarakat Papua.

Selamat Hari Kartini untuk perempuan-perempuan Papua, semoga semangat Hari Kartini bisa menginspirasi kaum perempuan Papua untuk bangkit dan bersaing.

[Nabire.Net]


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *