Ibadah Akhir Oktober 2017 Sekaligus Peringatan 500 Tahun Reformasi Marthen Luther, Di Jemaat GKI Tabernakel Oyehe Nabire
Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: ”Akulah pokok anggur yang benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.
Demikianlah kutipan ayat pembacaan Firman Tuhan yang terangkat dari Yohanes 15:1-8 dengan nats “Pokok Anggur Yang Benar”, pada Ibadah Akhir Bulan Oktober 2017, di Jemaat GKI Tabernakel Oyehe Nabire.
Ibadah ini dipimipin pelayan firman Pdt. J. Mbaubedari S.Th. Ibadah ini juga sekaligus memperingati 500 tahun reformasi yang dicetus oleh Marten Luther sebagai tonggak sejarah berdirinya aliran protestan pada kekristenan.
Dalam khotbahnya, Pdt. J. Mbaubedari mengatakan, Yesus mengundang kita untuk tinggal di dalam Dia dan Dia tinggal di dalam kita. Tinggallah dalam Aku dan Aku dalam kamu. Bila kita tinggal dalam Yesus, maka kita akan menghasilkan buah yang melimpah.
“Luar biasa ajakan Yesus ini. Ia menggambarkan diriNya sebagai pokok anggur dan kita ini ranting-rantingNya. Ranting memang tidak bisa berbuah jika terlepas dari pokoknya, namun pokok anggur hanya akan menghasilkan buah melalui ranting-rantingnya, dan bukan pada pokoknya sendiri. Inilah yang luar biasa. Yesus membiarkan kita mengalami buah yang berlimpah melalui diri kita yang lemah, rapuh dan berdosa ini”, tegas Pdt. J. Mbaubedari S.Th.
Lebih lanjut, Pdt. J. Mbaubedari mengatakan bahwa Yesus juga menegaskan bila kita tinggal di dalam Dia dan Dia tinggal di dalam kita, apapun yang kita minta kepadaNYA, pasti akan diberikan dan dikabulkan kepada kita. Kunci utamanya adalah iman dan harapan. Dengan iman dan harapan yang kita bangun dalam diri Yesus sendiri maka Allah akan menghasilkan buah berlimpah melalui diri dan hidup kita.
Sebagai orang kristiani, Kristuslah pokok anggur dan kitalah ranting-rantingNya yang diharapkan mampu berbuah manis dan melimpah. Namun buah akan dihasilkan hanya apabila kita bersatu dengan batang anggur yaitu Yesus sendiri. Ketika ranting itu dipotong dan tidak menyatu lagi dengan pokoknya, maka pelan-pelan ranting itu akan mati.
Sebagai murid Kristus, kita dipanggil untuk berbuah. Buah akan dihasilkan kalau kita dengan cara tertentu bersatu dengan Yesus sendiri. Tanpa persatuan dengan Kristus, tanpa kedekatan dalam relasi pribadi, kita akan menjadi kering dan mati. Tuhan Yesus adalah kekuatan yang memungkinkan kita berani dan kuat di tengah kelemahan. Yesus yang sama yang menghidupkan saat kita mati.
Ibadah juga diisi dengan pujian dari Paduan Suara Dewasa Campuran.
[Nabire.Net]
Tinggalkan Balasan