Dana BOS Dibawa Kabur Kepsek Lama, Operasional SDN Inpres 01 Sanoba Berantakan, Ini Curhatan Kepsek Baru
Nabire, Buntut dibawa kaburnya dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) oleh Kepala Sekolah sebelumnya Suryani, pihak SDN Inpres 01 Sanoba, Nabire, pihak sekolah melakukan aksi mogok belajar mengajar, Senin pagi (11/09/2023).
Nampak di depan Sekolah spanduk bertuliskan “Untuk Sementara KBM di SDN Inpres 01 Sanoba Tidak Aktif Sampai Dana BOS Ada”. Seorang siswa SD yang rindu untuk berkumpul bersama teman-temannya dan mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) hanya bisa menatap spanduk tersebut dengan penuh kesedihan.
Nabire.Net kemudian mendatangi lokasi SDN Inpres 01 Sanoba dan menemui Kepala Sekolah saat ini, Ibu Katriani Banno Tiranda, S.Th.
Kepada Nabire.Net, Ibu Katriani menjelaskan kronologis permasalahan ini. Dikatakan, Kepala Dinas Pendidikan Nabire telah meminta Pengawas ke SDN Inpres 01 Sanoba agar bisa dilaporkan ke pihak kepolisian. Kemudian Kepala Sekolah dan Bendahara beserta Admin pergi ke Kantor Dinas Pendidikan dan bersama-sama melaporkan hal tersebut ke Polres.
“Setelah kami melapor dan laporan kami diterima, Bendahara mulai diwawancarai dan diperiksa, dan kami guru-guru lain tunggu sampai sore. Kemudian dari kepolisian memberi tahu kepada guru-guru bahwa pulang dulu sebab nanti ada panggilan berikutnya. Bulan Februari kami di panggil kembali ke kantor polisi. Saya sebagai yang menghandle di sekolah ini yang beri wewenang dan penjaga sekolah sebagai saksi yang melihat langsung dengan bendahara, nah laporan itu sudah masuk kami tunggu,” urai Ibu Katriani.
Lanjut diceritakan Ibu Katriani, pada bulan Maret, dirinya bersama penjaga dan Bendahara dipanggil untuk membuat BAPB. Setelah itu beberpaa minggu kemudian dirinya dipanggil lagi ke Dinas Pendidikan untuk ditanya terkait masalah ini.
“Saya juga sudah meminta laporan bukti untuk dibawa ke dinas, waktu itu saya mewakili sekolah ini untuk bertemu dengan Kepala Dinas, terus bagian dana BOS, Operator Dinas dan Sekretaris Dinas tetapi tidak ada solusi. Kemudian Ibu Kepala Dinas bilang kita harus panggil Tipikor untuk menjelaskan, tetapi setelah dihubungi Tipikor, mereka juga ada agenda kegiatan pagi, kalau sore baru bisa akhirnya saya di suruh pulang,” beber Ibu Katriani Banno Tiranda, S.Th.
Lebih lanjut diungkapkan, pada sore harinya, dirinya di-whatsapp untuk daang ke Dinas. Setelah ia tiba di Dinas Pendidikan, dirinya sudah ditunggu Kepala Dinas, 3 orang dari Tipikor, Operator Dinas dan yang mengurus dana BOS selama ini termasuk yang menerima laporan dana BOS.
“Terus solusi-solusi yang ditawarkan, Tipikor menawarkan solusi pertama tidak ada yang diterima oleh Kepala Sekolah. Jadi ada beberapa dari kami yang usulkan untuk melaporkan ke Bupati, tetapi Ibu Kepala Dinas berkata bahwa itu bukan urusannya Bupati,” ungkap Ibu Katriani.
Kemudian Tipikor memberi tahu bahwa ada juga suatu masalah seperti ini dan orang tersebut melarikan diri atau menghilang, jadi yang harus dilakukan ini adalah memecat dan hak-haknya di hentikan, dan melaporkan ke Inspektorat kata Tipikor. Dan Ibu Kepala Dinas setuju dengan hal tersebut. “Lalu besoknya, Kepala Inspektorat datang ke sekolah untuk menyuruh kami mengajukan surat pengajuan ke Inspektorat, lalu saya buat surat tersebut, setelah jadi suratnya saya kirim ke inspektorat.”
Akhirnya dari Inspektorat mengeluarkan satu surat. Pertama pada bulan Maret, dan sekarang sudah surat kedua. Setelah mengeluarkan surat, kami kirim lagi ke Dinas Pendidikan. Terus laporan dari Tipikor bersama dengan rekening bank saya sudah bawah ke dinas.
“Dengan surat inspektorat ini bersama dengan surat dari dinas dan bukti laporan dari Tipikor dan rekening bank itu menurut mereka itu di kirim ke Kemdikbud sampai disitu. Hari Jumat kami ada kegiatan sosialisasi sekolah sehat di dinas, setelah selesai dari kegiatan itu saya menemui Sekretaris Dinas, tetapi beliau mengarahkan saya yang menangani dana BOS,” lanjutnya.
Kepala Sekolah SDN 01 Sanoba, Ibu Katriani Banno Tiranda, S.Th., mengatakan, jawaban dari Kemendikbud adalah dana itu sudah diserahkan ke daerah, berarti tanggung jawabnya daerah.
“Kemudian saya keluar. Okelah terima kasih. Saya hanya bertanya-tanya itu, karena gurupguru sudah menanyakan hal ini sudah sampai dimana Karena selama ini tidak ada biaya untuk sekolah yaitu biaya operasional, bahkan sekolah ini adalah sekolah negeri, masa dibantu oleh sekolah lain yaitu SMP Negeri 4 yang membantu kami dengan ATK, bahkan guru-guru membuat bazar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bahkan sekolah habis pulsa listriknya padam, otomatis wifi nya juga ikut padam, yah mungkin pembelajaran manual menulis di papan bisa saja tetapi kesinkronan data ke pusat tidak bisa, dan ini mau sampai kapan selesai?”, tutur Kepala Sekolah saat ini, Ibu Katriani Banno Tiranda, S.Th.
Ibu Katriani Banno Tiranda, S.Th., menambahkan, guru-guru honorer kami ada 7 orang yang sudah 9 bulan gajinya belum dibayar. Nah 1 orang lai itu sudah 11 bulan belum dibayar. Mereka tadi datang dari Dinas dan bilang “Kami tunggu tapi sampai kapan kami tunggu? Dan sampai kapan listrik hidup, sampai kapan wifi nyala”, seru guru-guru honorer.
“Untung saja kita bertindak cepat kalau tidak Dinas tidak tahu apa-apa nanti, sebenarnya kami tidak mau orang lain tahu tentang hal ini, kalau boleh tidak ada yang tahu situasi di sekolah ini. Kami berkeluh kesah menceritakan keadaan sebenarnya tetapi tidak ada solusi atau respon yang memberikan kami kepastian bahwa sekolah berjalan seperti biasa, atau paling ada tindakan lainnya,” keluh Ibu Katriani Banno Tiranda, S.Th.
“Jangan hanya janji tunggu-tunggu saja, terus kalau kami tunggu ini sampai kapan? Kemarin saja kami punya guru honorer ada 2 orang yang melahirkan, yang 1 karena tidak ada biaya terpaksa ambil kredit dari koperasi. Jadi itulah yang sebenarnya terjadi. Dari semalam lampu sudah mati, sampai detik ini. Padahal, pulsa listrik hanya Rp.205.000,00 per bulan. Ya mungkin kalau hari ini bisa dibayar, bulan depannya bagaimana? WiFi bulan depan bagaimana? Selama ini kami sudah menunggu, tapi karena tidak ada jawaban yang pasti atau solusi yang jelas. Orang tua datang tadi pagi. Tapi mereka baca tulisan itu ada yang ngomel juga karena sebenarnya selama ini kami sudah mencoba menghubungi orang tua, bagaimana orang tua bisa membantu melalui dana komite. Tahun lalu komite hanya Rp.10.000,00 tapi itu juga tidak jelas. Lalu kita di pertemuan orang tua, di bulan Agustus kita naikkan jadi Rp.20.000,00 dengan harapan dari dana itu, sekolah bisa beroperasional. Tetapi, faktanya bahwa sampai hari ini tidak kurang lebih 60 yang bayar, dari siswa 300 lebih. Jadi dana komite yang masuk kemarin itu sudah habis untuk kegiatan 17 Agustus. Jadi kedepannya, besoknya, minggu depannya, bulan depannya? Jaminan apa yang akan kami gunakan untuk membayar itu?” imbuh Ibu Katriani Banno Tiranda, S.Th.
“Kalau memang ATK, yah sekolah ini sekolah negeri. Kok sekolah lain yang bantu ini ATK? Kalau ini sekolah swasta tidak apa-apa. Kami dibantu ATK oleh SMP Negeri 4, karena teman-teman kami disini buat bazar jual es cincau. Dipasarkanlah kesana. Kepala sekolah disana bertanya “Ada apa? Kok sampai guru-guru bikin es cincau?”. Kebetulan ada teman guru disini tergerak dengan teman gurunya disana, mereka sampaikan situasi yang ada disini. Lalu, kepala sekolah dengan kebijaksanaannya membantu kami dengan ATK yang ada sekarang ini. Terus, SD Nabarua juga membantu dengan spidol, SD Sanoba 2 juga membantu kami dengan kertas, dan ada orang tua juga yang membantu kami dengan kertas. Bapak komite juga memberikan kami spidol waktu tidak ada spidol sama sekali. Kami pernah kehabisan spidol, pernah juga kehabisan kertas. Harapan kami termasuk guru-guru, sekolah ini kedepan, bisa berjalan seperti biasa. Tetapi, ibaratnya mesin tanpa bensin, dia akan mati sekalipun itu baru, sama dengan sekolah ini. Walaupun bangunannya hebat, gurunya hebat, muridnya banyak, tapi kalau tidak ada dana operasional, tidak bisa berjalan. Karena tidak mungkin kita, kertas, spidol, lampu, listrik, dan WiFi ini semuanya tanpa uang”, tandas Ibu Katriani Banno Tiranda, S.Th.
Saat Nabire.Net mencoba meminta keterangan terkait hal ini ke Kepala Dinas Pendidikan Nabire, Dra. Dina Pidjer, Kepala Dinas sedang akan keluar kantor karena ada kegiatan.
Dana BOS 180 Juta Dibawa Kabur Kepala Sekolah yang Lama
Sebagai informasi, Kepala Sekolah SD Negeri 01 Sanoba yang lama, Suryani, dilaporkan oleh para Gurunya lantaran Kepala Sekolah tersebut menghilang pasca pencairan dana BOS sebesar 180 juta.
(Baca Juga : Hilang Pasca Pencairan Dana BOS 180 Juta, Para Guru SDN 01 Sanoba Laporkan Kepseknya ke Kepala Dinas)
[Nabire.Net/Edi Sutrisno/Clivans Marcyano Halim]
Tinggalkan Balasan