INFO NABIRE
Home » Blog » Miskonsepsi Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Miskonsepsi Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

(Miskonsepsi Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar)

Nabire, Dalam kegiatan belajar mengajar biasanya terdapat berbagai kendala yang menganggu kegiatan pembelajaran yang dilakukan. Salah satu kendala dalam proses pembelajaran adalah konsep guru saat menyampaikan materi tidak bisa diterima oleh siswa dengan baik, sehingga dengan adanya kendala tersebut menimbulkan kesalahpahaman atau bisa disebut dengan miskonsepsi.

Faktor penyebab terjadinya miskonsepsi yaitu termasuk siswa itu sendiri, guru dan metode pembelajaran yang digunakan. Penyebab utama miskonsepsi disebabkan oleh siswa iu sendiri, karena dengan sendirinya seseorang akan melalui proses pembentukan pemahamannya sendiri.

Banyak siswa memiliki konsep awal atau prasangka tentang sebuah konsep sebelum berperan serta dalam penelaahan dalam kegiatan pembelajaran. Konsep awal adalah apa yang siswa dapatkan dari pengalaman sehari-hari dan informasi tentang lingkungan sekitarnya.

Konsep awal tersebut akan mempengaruhi pemahaman siswa dan menimbulkan terjadinya miskonsepsi jika salah dalam memahami.

Proses belajar mengajar matematika dapat dijumpai istilah objek matematika, dimana objek tersebut memiliki peranan penting dalam kegiatan pembelajaran yaitu disebut sebagai sebuah konsep. Konsep dalam matematika saling terikat dan bahkan konsep sederhana dapat digunakan sebagai prasyarat untuk memahami konsep yang lebih kompleks.

Kesalahpahaman dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar berakibat fatal, karena konsep awal yang disampaikan tidak dapat berkembang dengan benar atau sesuai untuk memahami konsep selanjutnya.

Dalam pembelajaran matematika (Sumardyono, 2009) dan (Gradini, 2016) mengemukakan bahwa miskonsepsi yang dialami siswa berkaiatan pada materi bilangan dan geometri. Miskonsepsi pada materi tersebut harus segera diselesaikan sebab konsep bilangan dan geometri merupakan konsep dasar pada materi matematika pada jenjang selanjutnya. Contoh miskonsepsi yang dijumpai dalam materi bilangan dan geometri sebagai berikut.

Topik materi matematika Miskonsepsi

Geometri

(pengukuran / pengertian) Konsep bilangan terbatas pada bilangan asli. Cohtohnya, dengan adanya penggaris siswa akan berasumsi bahwa titik awal pengukuran panjang dimulai dari angka 1 bukan dari angka 0 pada alat ukur.

Geometri Orientasi relevan dengan defnisi bentuk geometris. Sudut tersebut dipengaruhi oleh garis di dalam ruang dan panjang garis yang mengapitnya.

Selain pada materi bilangan dan geometri, miskonsepsi juga terjadi pada memahami perbedaan materi mean, median dan modus pada pembelajaran matematika kelas tinggi. Dalam materi tersebut kurang memahami apa itu mean, median dan modus. Padahal mean sendiri adalah rata-rata dari data yang disajikan.

Penghitungan rata-rata dapat dilakukan dengan menjumlahkan semua nilai data pada kelompok sampel kemudian membaginya dengan jumlah sampel yang ada. Median merupakan salah satu ukuran pemusatan data yaitu apabila serangkaian data diurutkan dari data terkecil sampai data yang terbesar atau sebaliknya, nilai pengamatannya tepat ditengah apabila datanya ganjil sedangkan jika rata-rata kedua pengamatan yang ada ditengah apabila banyaknya data genap. Sedangkan modus adalah data yang sering muncul. Miskonsepsi yang sering terjadi pada materi ini yaitu peserta didik sering terbalik dalam membedakan mean, median, modus. Karena nama yang hampir mirip ada Sebagian siswa yang beranggapan bahwa median adalah nilai rata – rata sedangkan mean nilai yang sering muncul dan modus nilai tengah.

Setiap siswa membutuhkan perlakukan yang berbeda sesuai dengan gaya belajar yang membuat siswa nyaman dan mudah memahami materi yang disampaikan. Oleh karena itu, tugas utama guru adalah melakukan pembelajaran yang teratur dan terorganisir yang baik dengan mengenali dan memahami gaya belajar siswa kemudian menentukan metode pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa tersebut.

Terdapat beberapa gaya belajar pada umumnya yang siswa lakukan seperti belajar melalui visual (melihat), auditori (mendengarkan) serta kinestetik (menggerakkan). Dari penerapan metode melihat, mendengarkan dan menggerakkan guru memiliki tugas yaitu memberi stimulasi auditif (pendengaran), stimulatif visual (penglihatan) dan stimulasi motorik (pekerjaan) (Nana Sudjana, 1989: 97). Dengan cara ini, pembelajaran akan memberikan kesan yang dalam dan bermakna bagi siswa karena mengikutsertakan ketiga aspek yang sudah dipaparkan diatas. Dengan memusatkan perhatian pada ketiga stimulus tersebut pembelajaran akan dilakukan secara efektif dan efisien serta dapat meminimalisir kemungkinan terjadinya miskonsepsi.

Miskonsepsi adalah pemahaman suatu konsep yang tidak sesuai dengan pengertian ilmiah sehingga memunculkan kesalahpahaman dalam aplikasi sebuah aturan yang disampaikan. Penyebab utama miskonsepsi disebabkan oleh siswa iu sendiri, karena dengan sendirinya seseorang akan melalui proses pembentukan pemahamannya sendiri.

Banyak siswa memiliki konsep awal atau prasangka tentang sebuah konsep sebelum berperan serta dalam penelaahan dalam kegiatan pembelajaran. Akan tetapi, miskonsepsi yang disebabkan oleh guru sedikit sulit dibenahi karena siswa memiliki pemahaman bahwa apa yang disampaikan atau diajarkan oleh guru itu benar. Solusi yang dapat dilakukan adalah dengan pemilihan metode pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan siswa, sehingga pembelajaran akan memberikan kesan yang dalam dan bermakna bagi siswa karena mengikutsertakan ketiga aspek yang sudah dipaparkan diatas.

Penulis : Anis Nur Asiyah, S.Pd

[Nabire.Net]



Artikel Terkait

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.