INFO NABIRE
Home » Blog » “Penjala Ikan Yang Terjala”, Ibadah Minggu Pagi 6 September 2015, Di Jemaat GKI Pniel Topo Distrik Uwapa Nabire

“Penjala Ikan Yang Terjala”, Ibadah Minggu Pagi 6 September 2015, Di Jemaat GKI Pniel Topo Distrik Uwapa Nabire

a

(Dok.Donald.L)

Keberhasilan seorang penjala ditentukan oleh banyaknya ikan yang terjala oleh jalanya. Namun bagaimana jika si penjala sendiri yang terjala ? Begitulah yang terjadi pada murid Yesus, Simon Petrus.

Demikian salah satu kutipan ibadah Minggu Pagi, Minggu 6 september 2015, Jemaat GKI Pniel Topo Distrik Uwapa Nabire, yang dipimpin oleh Pelayan Firman, Ibu Pdt Bisay S.Th.

Mengangkat pembacaan Firman Tuhan dari Kitab Lukas 5 ayat 1-11 dengan perikop “Penjala ikan menjadi penjala manusia”, Pdt Bisay S.Th mengatakan, ada tiga pelajaran yang bisa kita renungkan bersama melalui kisah Injil Lukas 5:1-11 ini. Pertama adalah kesediaan untuk bertolak ke “tempat yang lebih dalam”, kedua adalah kesediaan untuk berbagi hasil tangkapan, dan ketiga adalah memiliki sikap rendah hati untuk taat kepada perintah Tuhan sehingga hidup kita pun diubah-Nya menjadi baru.

Ketaatan Simon Petrus kepada perintah Yesus untuk bertolak ke tempat yang lebih dalam membutuhkan kerendahan hati yang luar biasa. Seorang nelayan diperintah oleh Yesus yang kemungkinan besar adalah seorang tukang kayu (karena Yusuf, ayah-Nya adalah seorang tukang kayu). Lagipula isi perintah itu berhubungan dengan dunia nelayan, bukan dunia tukang kayu. Sebagai nelayan, Petrus merasa lebih tahu dunia nelayan daripada Yesus yang adalah seorang tukang kayu.

Tetapi tukang kayu yang ada di hadapan Petrus bukanlah sembarang tukang kayu, Ia sekaligus adalah Anak Allah, Guru dan Tuhan yang telah mengadakan berbagai mujizat kesembuhan, mengusir roh jahat, yang ajaran-Nya mengandung kuasa. Ketika Simon taat, ia mendapat pengalaman yang merubah seluruh perjalanan hidupnya. Dari seseorang yang hanya mementingkan kepentingan dirinya sendiri guna mencari untung hanya bagi dirinya sendiri, menjadi seseorang yang kini mau bekerjasama dengan Tuhan bagi tugas, karya dan perutusan Tuhan. Orientasi hidupnya kini bukan lagi keuntungan diri, melainkan Kerajaan Allah.

Kesadaran akan siapa diri sesungguhnya itu memang tidak mudah, ketidakmudahan itu juga yang sering membuat kita tidak sanggup bayar harga untuk melakukan firman dan perintah Yesus. Simon telah menemukan kunci sehingga berani menyadari siapa dirinya di hadapan Yesus yaitu dengan berkata “….aku ini seorang berdosa”, menyadari diri seorang berdosa, menolong dia untuk mengakui bahwa Yesus itu berkuasa dan dirinya tidak ada apa-apanya bahkan jika dia terus pada posisi keberdosaannya ia akan binasa. Langkah yang paling baik adalah mengakui Yesus dan melakukan perintah Yesus serta mengikut Yesus.

Hidup kekristenan kita tidak cukup hanya sebatas mendengar indahnya firman Tuhan lewat khotbah setiap minggu, tidak cukup hanya hafal banyak ayat firman Tuhan dan tidak cukup hanya sebatas intelek saja. Tetapi kekristenan kita akan lebih berkualitas dan bertumbuh jika kita berani lebih dalam lagi untuk mengenal Yesus dengan cara: 1) Berani mengakui bahwa Yesus berkuasa dan kita tidak ada apa-apanya. 2) Berani mengakui kita adalah orang berdosa butuh penyucian dan pengampunan dari Yesus dan 3) berani menjadikan firman sebagai pedoman dan tolok ukur dalam segala tindakkan kita bukan berdasarkan kemampuan dan pengalaman kita yang tidak ada apanya.

b

Ibadah Minggu Pagi di Jemaat GKI Pniel Topo juga diisi dengan vokal grup oleh anggota PAM Pniel Topo dan Vocal Grup Voice Putri dari Jemaat I.S Kijne Wadio Nabire.

c

Usai Ibadah, dilakukan pembacaan laporan Panitia tour glory of youth IS Kijne Wadio 2015 ke jemaat gki immanuel kubiari wndiboi Klasis Wondama dan penyerahan kembali anggota PAM dari panitia kepada PHMJ Jemaat GKI Pniel Topo.

Artikel Terkait

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.