Pembakaran Patung Ogoh-Ogoh Di Pura Puja Dewata SP1 & Persiapan Menyambut Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1938 Di Nabire

Ogoh-ogoh sendiri merupakan cerminan sifat-sifat negatif pada diri manusia sehingga pengarakannya dilakukan di berbagai lokasi yang melewati jalan-jalan utama sehingga tampak oleh semua warga. Ogoh-ogoh dalam wujud patung raksasa tersebut merupakan cerminan dari sifat buruk manusia sehingga usai diarak, Ogoh-ogoh tersebut dibakar. Ritual membakar ogoh-ogoh tersebut bertujuan agar roh jahat dan kekuatan negatif yang ada disekitar desa ikut terbakar bersama ogoh-ogoh.

Usai pawai Ogoh-Ogoh, umat Hindu di Nabire siap memasuki Perayaan Hari Nyepi Tahun Baru Saka 1938, esok hari.

Berbeda dengan perayaan tahun baru Masehi tiap 1 Januari yang dirayakan dengan penuh kemeriahan, maka 9 Maret nanti umat Hindu lebih memilih untuk berdiam diri atau menyepi.

Tujuan utama dari perayaan Nyepi itu sendiri adalah untuk memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa atau Ida Sanghyang Widhi Wasa, untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia/microcosmos) dan Bhuana Agung/macrococmos (alam semesta).

Uniknya Perayaan Nyepi Tahun BaruSaka 1938 esok bertepatan dengan Fenomena Gerhana Matahari. Umat Hindu bersyukur Nyepi ini bertepatan dengan terjadinya gerhana matahari. Momentum Nyepi tahun ini bisa mendatangkan berkah yang luar biasa, apalagi disambut dengan alam semesta yang ikut “merayakannya” yang ditandai dengan terjadinya gerhana matahari tutur salah seorang warga Nabire yang ikut merayakan Nyepi.

(Dok.Puthu Satria & Wayan Putru)