Noken adalah tas tradisonal dari daerah Papua. Tas ini banyak dihasilkan oleh suku-suku pegunungan seperti Dani, Yali ataupun Lani. Peralatan yang digunakan dalam membuat noken sangat sederhana. Seorang wanita suku Dani dapat mengerjakan noken hanya dengan menggunakan alat pengait yang terbuat dari tulang burung kasuari dan serat batang anggrek. Batang anggrek dikupas dari kulitnya. Serat anggrek bagian dalam inilah yang kemudian digintir dengan tangan. Selanjutnya serat yang telah digintir dibuat jalinan noken.
Tas Tradisional dari Papua
Pada masyarakat Irian jaya, pembuatan noken tidak disertai dengan ritual-ritual khusus. Pembuatan ini seringkali dilakukan oleh kaum wanita sambil menunggu barang jualan atau berjalan menuju ke pasar. Kaum wanita yang sudah dewasa dan terampil dapat mengerjakan noken dalam satu hari. Untuk noken ukuran besar dapat diselesaikan dalam waktu 3-4 hari. Pembuatan noken dilakukan oleh kaum wanita saja.
Noken
Tidak terdapat ragam hias khusus pada noken. Serat batang anggrek yang dipakai untuk membuat noken hanya menampilkan garis-garis warna yang beraneka ragam. Warna-warna asli dari serat batang anggrek, seperti putih, kuning, atau coklat tua, digunakan berseling-seling.
Noken bagi para wanita Dani, berfungsi pula seperti tas tangan wanita yang senantiasa dibawa kaum ibu ketika berpergian. Bermacam-macam hasil bumi, seperti jagung, ubi, ketela atau pun babi kecil, dapat dimasukan ke dalam noken. Untuk hasil yang lebih banyak, digunakan noken yang lebih besar.
Cara pengunaan noken ini sangat unik, yaitu dikenakan dengan melilikan di kepala sedangkan barang yang dibawa dibiarkan menggantung di punggung. Kadang-kadang seorang wanita dapat menggunakan dua atau tiga buah noken langsung di kepalanya.
Kini noken sedang di daftarkan ke UNESCO sebagai salah satu hasil karya tradisional dan warisan kebudayaan dunia.
Tinggalkan Komentar