“Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku.”
Demikianlah kutipan pembacaan Firman Tuhan yang terangkat dari Injil Yohanes 15:1-8 dengan Perikop “Pokok Anggur Yang Benar.”
Firman Tuhan tersebut menjadi bahan perenungan pada Ibadah Minggu Pagi, 17 Juli 2016, di Jemaat GKI Sion Kampung Harapan Nabire, yang dipimpin oleh Pelayan Firman Pdt. M. Amansaman S.Th.
Dalam khotbahnya dipaparkan bahwa, Yesus mengundang kita untuk tinggal di dalam Dia dan Dia tinggal di dalam kita. Tinggallah dalam Aku dan Aku dalam kamu. Bila kita tinggal dalam Yesus, maka kita akan menghasilkan buah yang melimpah.
Luar biasa ajakan Yesus ini. Ia menggambarkan diriNya sebagai pokok anggur dan kita ini ranting-rantingNya. Ranting memang tidak bisa berbuah jika terlepas dari pokoknya, namun pokok anggur hanya akan menghasilakn buah melalui ranting-rantingnya, dan bukan pada pokoknya sendiri. Inilah yang luar biasa. Yesus membiarkan kita mengalami buah yang berlimpah melalui diri kita yang lemah, rapuh, ringkih dan berdosa ini.
Yesus juga menegaskan bahwa bila kita tinggal di dalam Dia dan Dia tinggal di dalam kita, apapun yang kita minta kepada Bapa, pasti akan diberikan dan dikabulkan kepada kita. Kunci utamanya adalah iman dan harapan. Dengan iman dan harapan yang kita bangun dalam diri Yesus sendiri maka Allah akan menghasilkan buah berlimpah melalui diri dan hidup kita.
Sebagai orang kristiani, Kristuslah pokok anggur dan kitalah ranting-rantingNya yang diharapkan mampu berbuah manis dan melimpah. Namun buah akan dihasilkan hanya apabila kita bersatu dengan batang anggur yaitu Yesus sendiri. Ketika ranting itu dipotong dan tidak menyatu lagi dengan pokoknya, maka pelan-pelan ranting itu akan mati.
Sebagai murid Kristus, kita dipanggil untuk berbuah. Buah akan dihasilkan kalau kita dengan cara tertentu bersatu dengan Yesus sendiri. Tanpa persatuan dengan Kristus, tanpa kedekatan dalam relasi pribadi, kita akan menjadi kering dan mati. Tuhan Yesus adalah kekuatan yang memungkinkan kita berani dan kuat di tengah kelemahan. Yesus yang sama yang menghidupkan saat kita mati.
Leave a Reply