INFO NABIRE
Home » Blog » Ibadah Jumat Agung 14 April 2017 Dirangkai Dengan Peneguhan Sidi Baru Jemaat Eklesia Nifasi Makimi Nabire

Ibadah Jumat Agung 14 April 2017 Dirangkai Dengan Peneguhan Sidi Baru Jemaat Eklesia Nifasi Makimi Nabire

Salah satu momen paling krusial bagi Yesus adalah pergumulan di Taman Getsemani. Pada momen ini kita dapat melihat betapa Yesus sangat bergumul dengan apa yang akan Dia hadapi. Dia sendiri menyatakan betapa beratnya pencobaan yang Dia alami kepada murid-murid-Nya. Walaupun peristiwa ini ditulis di 3 injil, namun kita hanya akan menyoroti dari sisi Markus 14:32-42.

Demikian kutipan khotbah pada Ibadah Jumat Agung, 14 april 2017, di Jemaat GKI Eklesia, kampung Nifasi, Distrik Makimi Nabire, yang dipimpin pelayan firman, Grj. Eliakim Rumawi, dengan bahan perenungan dari Markus 14:32-42 dengan nats “Yesus di Taman Getsemani”.

Dalam khotbahnya, Grj. Eliakim Rumawi mengatakan, Yesus memang sering ke Getsemani untuk berdoa atau mengajarkan sesuatu yang penting pada murid-murid-Nya, namun kedatangan-Nya kali ini sangat berbeda. Dia ke sana khusus untuk bergumul dan kali ini Dia bergumul dengan cara yang tidak biasanya. Ada sesuatu yang lain yang dirasakan Yesus ketika Dia ada di Getsemani.

Perasaan Yesus waktu itu diungkapkan melalui beberapa kata. Dia sangat takut. Kata ini biasanya dipakai sebagai respon terhadap sesuatu yang tidak biasa. Dia juga ”gentar”. Kata lain yang dipakai untuk menyatakan perasaan Yesus adalah ”sangat sedih”.

Apa yang dilakukan Yesus ketika Dia menghadapi pergumulan yang berat ? Yang pertama Dia berbagi pergumulan dengan murid-murid-Nya. Dia sengaja membawa tiga murid yang dekat dengan supaya mereka mengetahui apa yang Dia rasakan waktu itu. Dia mengungkapkan kesedihan dan ketakutan-Nya kepada mereka. Dia tidak malu mengungkapkan semuanya ini. Dia bahkan meminta mereka berdoa dan berjaga-jaga. Apakah aneh kalau Yesus minta untuk didoakan ? Rasanya tidak! Di Lukas 22:43 seorang malaikat dari surga pun datang untuk memberi Yesus kekuatan. Dia benar-benar dalam kondisi yang sagat perlu untuk ditopang semua pihak, termasuk oleh murid-murid-Nya.

Yesus tidak hanya memberitahukan pergumulan-Nya kepada murid-murid, namun yang lebih penting, Dia memberitahukan hal itu kepada Bapa-Nya dalam doa. Doa ini bersifat pribadi. Hal ini mengajarkan bahwa doa bersama sekalipun dalam konteks berbagi beban tidak pernah meniadakan pentingnya doa pribadi kepada Allah.

Ketika Yesus berdoa, ”merebahkan diri”, yang secara hurufiah berrarti ”melemparkan diri ke bawah”, dalam tradisi Yahudi posisi doa seperti ini biasanya menunjukkan penderitaan yang luar biasa. Dari keterangan Alkitab ini kita mengetahui bahwa gambar Yesus yang sedang berlutut di sebuah batu ketika Dia bergumul di Getsemani adalah sebuah penggambaran yang salah. Dia tidak sedang berlutut, tetapi merebahkan diri ke tanah.

Setelah Yesus selesai berdoa, Dia kembali kepada murid-murid-Nya dan mendapati mereka sedang tertidur, Yesus lalu menegur Petrus atas kegagalannya berjaga-jaga selama 1 jam. Teguran yang hanya ditujukan pada Petrus ini cukup menarik perhatian, karena yang tertidur bukan hanya Petrus. Apakah Petrus yang mengajak atau memimpin murid-murid lain untuk tidur? Rasanya tidak! Teguran ini mungkin dimaksudkan Yesus sebagai penegasan terhadap kegagalan Petrus dalam mengikut Yesus: jangankan memberikan hidupnya untuk Yesus, berjaga-jaga 1 jam pun Petrus ternyata tidak sanggup.

Cara meresponi pergumulan yang berbeda antara Yesus dan murid-murid pada akhirnya juga membawa hasil yang berbeda. Yesus menjadi lebih siap dengan apa yang sebelumnya Dia takutkan. Dia tahu bahwa “saat itu sudah tiba” dan tidak dapat dielakkan. Dia memberitahukan hal ini kepada murid-murid-Nya dengan seruan. Dia bahkan mengajak murid-murid-Nya “pergi” untuk menyongsong apa yang memang harus Dia hadapi. Dia tidak lagi berpikir untuk menyelamatkan diri dari hal itu.

Doa Tuhan Yesus di Taman Getsemani merupakan teladan bagi orang percaya untuk dengan sepenuh hati mengandalkan Tuhan dalam hidupnya. Saat menghadapi situasi yang buruk tanpa pendukung dan tanpa kekuatan, percayalah bahwa mempercayakan diri kepada Tuhan akan memberi kekuatan dan kesiapan dalam menghadapi semua tantangan. Menerima dan menghadapi masalah dengan iman dan kepasrahan total kepada Tuhan merupakan sumber kekuatan orang percaya.

Dalam Ibadah Jumat Agung di jemaat GKI Eklesia Nifasi, Distrik Makimi Nabire, juga dilakukan peneguhan sidi baru kepada 10 orang anggota jemaat.

[Nabire.Net]

Post Related

Leave a Reply

Your email address will not be published.