INFO NABIRE
Home » Blog » Ibadah Minggu Sengsara Terakhir, 9 April 2017 Di GKI Is Kijne Wadio Nabire

Ibadah Minggu Sengsara Terakhir, 9 April 2017 Di GKI Is Kijne Wadio Nabire

Sesudah itu Yusuf dari Arimatea, ia murid Yesus, tetapi sembunyi-sembunyi karena takut kepada orang-orang Yahudi, meminta kepada Pilatus, supaya ia diperbolehkan menurunkan mayat Yesus. Dan Pilatus meluluskan permintaannya itu. Lalu datanglah ia dan menurunkan mayat itu. Juga Nikodemus datang ke situ. Dialah yang mula-mula datang waktu malam kepada Yesus. Ia membawa campuran minyak mur dengan minyak gaharu, kira-kira lima puluh kati beratnya. Mereka mengambil mayat Yesus, mengapaninya dengan kain lenan dan membubuhinya dengan rempah-rempah menurut adat orang Yahudi bila menguburkan mayat.

Demikian kutipan pembacaan firman Tuhan, pada ibadah Minggu Pagi, 9 april 2017, dan merupakan minggu Sengsara ke terakhir (minggu sengsara ke VII) jelang Paskah, di jemaat GKI Ishak Semuel Kijne Wadio, Nabire.

Ibadah tersebut dipimpin oleh Pelayan Firman, Pdt. Mariani Tambunan S.Th, dengan mengambil pembacaan firman dari Injil Yohanes 19:38-40, dengan nats “Yesus Dikuburkan”.

Dalam khotbahnya, Pdt. Mariani mencoba membawa jemaat merenungkan kematian Yesus ribuan tahun lalu. Dikatakan, kematian hanya meninggalkan jasad tak bernyawa. Begitu pula yang terjadi pada Yesus. Tinggal jasad-Nya yang tergantung di kayu salib. Orang-orang Yahudi yang menginginkan kematian-Nya, mungkin sudah puas sebab mereka tidak merasa terancam lagi. Namun demikian, mereka tetap harus melaksanakan hukum Taurat yang mereka junjung tinggi. Menurut Taurat, jasad orang yang dihukum salib harus dikuburkan pada hari itu juga. Apalagi keesokan harinya adalah hari Sabat, mereka tentu tidak ingin menajiskan diri karena berurusan dengan mayat.

Memang ironis. Di satu sisi, mereka memperhatikan kesucian ritual namun di sisi lain, mereka tidak sadar atau malah tak peduli bahwa konspirasi untuk menghabisi nyawa Yesus berlawanan dengan kesucian dan Hukum Taurat yang menjadi orientasi hidup mereka. Karena hanya memperhatikan kesucian lahiriah itulah maka mereka meminta tentara Roma untuk mempercepat kematian orang-orang yang disalib dengan mematahkan kaki mereka. Namun karena para tentara melihat Yesus sudah mati, maka kaki-Nya tidak dipatahkan. Hanya salah satu tentara menikam lambung-Nya. Sesungguhnya, tindakan para tentara itu menggenapi nubuat tentang Yesus.

Berlawanan dengan dua kelompok tadi, Yusuf dari Arimatea dan Nikodemus tampil untuk menguburkan jasad Yesus. Keduanya adalah pemimpin agama Yahudi, tetapi mengikut Yesus secara diam-diam. Meski tindakan mereka menggambarkan ketidaktahuan tentang kebangkitan Yesus, tetapi memperlihatkan keberanian untuk menyatakan bahwa mereka berpihak pada Yesus.

Lebih lanjut, Pdt. Mariani Tambunan mengatakan, bahwa di minggu terakhir jelang kematian Yesus, kita secara batin merenungkan makna kematian Yesus dalam hidup kita masing-masing. Kematian selalu membawa kesedihan bagi kita, kematian juga selalu meninggalkan misteri yang tidak mudah kita terima.

Mempunyai sikap hening batin sangat ideal untuk memaknai hari tersebut. Membiarkan Allah sendiri yang menyentuh dan menggerakan hati kita, membiarkan Allah berbicara pada mata batin kita. Meski kita mungkin sibuk dengan persiapan paskah, hendaknya kita juga tetap mempunyai waktu untuk menikmati suasana sepi duka cita yang mungkin bisa kita rasakan dalam memasuki masa menjelang kematian Yesus.

[Nabire.Net]

Post Related

Leave a Reply

Your email address will not be published.