Dunia dan Tantangan Kepemimpinan: Sebuah Renungan
Nabire, 20 November 2025 – Dunia kini menjadi arena terpenting bagi manusia. Bumi memang menjadi bagian dari dunia, namun dunia belum tentu menjadi bagian dari bumi. Di dalam dunia, manusia hidup, tinggal, dan berkembang. Kehidupan manusia dipenuhi sejuta warna. Bumi memberikan kehidupan melalui tanah, air, udara, dan berbagai keajaiban lainnya. Suara nyanyian burung membangunkan jiwa, menyambut mentari yang kian memancarkan cahaya kesehatan.
Kehidupan manusia mencakup kebutuhan dan keinginan, yang sering kali membuat manusia terjebak dalam pendustaan demi mendapatkannya. Embun pagi menyelimuti gunung, awan bergumpal membentuk negeri di atas ketinggian.
Anak-anak itu berdiri tanpa alas kaki, menikmati bumi yang penuh ketakjuban. Mereka sempat meneteskan air mata ketika melihat dunia dari hempasan angin laut yang memukul jiwa mereka. Suara gemuruh langit menghantam awan, membawa secercah harapan untuk bangkit dan berdiri. Kerikil-kerikil keras menggores langkah-langkah mereka, meninggalkan jejak penuh darah dan derita.
Namun mereka tetap kokoh dalam prinsip, menjalani kehidupan di dunia ditemani bumi sebagai sahabat cerita. Kita bukanlah elang yang harus terbang di angkasa, bukan pula garuda. Kita manusia, yang harus berbicara dalam kebenaran dan berdiri teguh dengan leluhur—merdeka dalam berpikir. Cambuk besi yang pernah mengenai tubuh kita adalah bentuk perjuangan melawan kebodohan, ketertinggalan, dan kemiskinan.
Menjadi pribadi hebat tentu penuh masalah. Kita mesti bersabar dan terus berjuang, sebab kemenangan hanya milik mereka yang berjuang. Bumi menyediakan kehidupan; manusialah yang kadang memberikan penderitaan terhadap bumi—dengan membuang sampah, menebang hutan, dan merusak alam lainnya.
Menjadi Terdidik dan Berkarakter
Menjadi terdidik adalah proses yang berat. Pembinaan karakter dan mental adalah hal mendasar yang harus ditempa terus-menerus. Kehidupan membentuk karakter, dan karakter membentuk perilaku. Tindakan manusia dinilai oleh manusia lain yang sifatnya menilai dan menghakimi.
Lingkungan baru mengajak kita menyesuaikan diri dengan situasi dan orang-orang di sekitar. Bahkan alam pun dapat mendengar suara manusia dan menyaksikan keserakahan yang merusaknya. Ketahuilah, alam juga bisa murka—dan kemurkaan alam bisa menghilangkan nyawa.
Karena itu, kita harus waspada dan belajar merasakan cukup. Keinginan yang berlebihan adalah masalah besar dalam kehidupan manusia, termasuk mengorbankan keberlangsungan alam.
Namun memberi perhatian dan cinta kepada alam merupakan bentuk hubungan timbal balik. Manusia tak dapat hidup tanpa alam karena alam adalah dapur gratis bagi seluruh umat manusia. Teruslah menjadi aktor penghijauan bagi generasi berikutnya. Maju bersama dalam kebenaran dan berdiri kokoh sebagai anak muda—garda perubahan masa depan bangsa.
A. Ilmu dalam Perspektif
Tulisan ini bersifat teknis agar setiap pembaca yang menaruh minat terhadap eksistensi ilmu dapat memahaminya. Karena itu, kriteria utama tulisan ini adalah mudah dibaca.
Epistemologi pemecahan masalah cocok untuk peserta didik yang sedang belajar menguasai ilmu dan teknologi. Sementara epistemologi penemuan pengetahuan ilmiah cocok untuk ilmuwan profesional. Keduanya dapat digunakan bersama dalam proses pembelajaran:
-
Jika proses lebih penting, gunakan epistemologi pemecahan masalah.
-
Jika hasil lebih penting, gunakan epistemologi penemuan ilmiah.
(Sumber: Buku Ilmu Dalam Perspektif)
Menurut saya, kedua epistemologi tersebut baik adanya. Namun proses lebih penting daripada hasil, karena proseslah yang harus dijalani setiap insan. Teruslah berproses dengan ilmu pengetahuan agar masa depan lebih baik dari sebelumnya.
Mendapatkan sesuatu yang besar tidaklah mudah; proses yang kita jalani adalah perjuangan dan petualangan menuju hasil yang memuaskan. Sebagai siswa, kita wajib mendalami pelajaran agar mendapatkan nilai memuaskan—tentu dengan usaha sendiri, bukan menyontek.
Dengan demikian, proses adalah langkah awal menuju tujuan. Dalami, jalani, nikmati, dan pahami setiap proses. Jika hasil belum memuaskan, teruslah berproses dan ubah strategi hingga mencapai tujuan.
Maju pantang mundur.
B. Dasar-Dasar Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah seni, fungsi, dan kemampuan untuk mempengaruhi serta mengarahkan anggota demi mencapai tujuan.
Pemimpin bukanlah bos, dan bos bukanlah pemimpin.
-
Bos berkata: “Pergi dan kerjakan itu.”
-
Pemimpin berkata: “Ayo kita kerjakan bersama.”
Dalam organisasi—baik keluarga, asrama, sekolah, atau kepanitiaan—pemimpin harus melihat, mempertimbangkan, dan bekerja bersama anggota (kolektif kolegial). Pemimpin yang baik menjaga, merangkul, dan mengayomi.
Sifat yang harus dimiliki pemimpin antara lain: bimbingan, solusi, visi/misi, kerja tim, strategi, komunikasi yang baik, dan tujuan yang jelas.
Tipe-tipe kepemimpinan:
-
Otoriter – memberikan perintah tegas dan mengharapkan ketaatan penuh.
-
Demokratis – berkonsultasi dengan anggota sebelum mengambil keputusan.
-
Delegatif – memberikan wewenang kepada anggota.
-
Situasional – menyesuaikan perilaku dengan kondisi sosial.
-
Karismatik – memiliki kepribadian kuat, disegani, dan dibuktikan melalui tindakannya.
(Sumber: Diskusi Rutin Asrama)
C. Tantangan Kepemimpinan
Hanya hujan yang datang tanpa diminta. Kehidupan menghantar kita ke panggung dunia, membawa hikmat bahwa keberhasilan bukanlah sahabat yang datang sejak lahir.
Semua bermula dari diri kita sendiri. Kita yang memulai, kita pula yang menghasilkan. Masa depan berada di tangan kita. Karena itu, kita harus mempersiapkan diri dengan belajar, membaca, berdiskusi, dan mengikuti pelatihan.
Masa depan tidak semudah yang kita bayangkan; ia ibarat kapal yang siap dihantam ombak, hujan, dan badai. Karena itu, bersiaplah dan lihatlah jauh ke depan.
Kurangi euforia tanpa makna. Bangkitkan kemampuan, pengetahuan, keterampilan, dan moralitas. Inti dari tulisan ini adalah: hari ini untuk masa depan.
Kerjakan sekarang. Berproses sekarang. Jadilah aktor yang berbeda. Jika bukan sekarang, kapan lagi? Tahun berganti, usia bertambah—maka bekerjalah.
Waktu terus bergerak. Bermainlah saat bermain, bekerjalah saat bekerja, belajarlah saat belajar. Fokus.
Terlibatlah aktif dalam tugas, PR, kegiatan sekolah, dan kegiatan asrama.
Mantan Penjabat Gubernur Papua Tengah, Ibu Dr. Ribka Haluk, bergerak membawa perubahan sosial yang positif dan inklusif. Beliau mendorong pemberdayaan perempuan, meningkatkan akses pendidikan, dan membangun kesetaraan gender. Kepemimpinannya mengubah pandangan terhadap peran perempuan dalam politik dan membuka peluang lebih besar bagi perempuan Papua.
Kesuksesan seseorang tidak hanya dilihat dari pencapaian yang tampak, tetapi dari perubahan cara pandang dan proses perjuangannya.
Ribka Haluk mengajarkan kita untuk menjadi pemimpin yang baik bagi sesama. Dulu, budaya tertentu—seperti suku Mee dan lainnya—menganggap perempuan hanya layak berada di dapur, kebun, dan rumah. Namun beliau menembus batas itu, mengangkat martabat perempuan hingga ke panggung nasional dan internasional.
Untuk menjadi seperti beliau, kita perlu mempersiapkan diri sejak sekarang: belajar tekun, mengerjakan tugas, membaca, menulis, berdiskusi, serta terus bersekolah.
Siapa yang setia pada hal kecil akan setia pada hal besar.
Dasar pendidikan di Asrama SMA Negeri Meepago Nabire adalah:
MEMBACA BUKU—Hukum Utama dan Pertama.
Semua itu dilakukan agar cakrawala terbuka, melihat dunia dan masa depan lebih luas. Sebab masa depan bukan milik orang pintar atau kaya, tetapi milik mereka yang mau berjuang dan terus belajar.
(Sumber Buku: Tentang Kepemimpinan – Mamoar-Nunias Selegani-10-87. Plog-14)
Penulis: Fransiska Iyai
Siswi SMA Negeri Meepago Nabire, Papua Tengah
[Nabire.Net]


Leave a Reply