Warga Nabire Tolak Renovasi Taman Bunga Oyehe (Bekas Kantor DPRD Lama)

Warga di Nabire dimediasi oleh Komite Nasional Papua (KNPB) dan Dewan Adat Papua (DAP), menolak tegas rencana penataan Taman Bunga Bangsa Papua yang terletak di Oyehe, Nabire. 

Dikabarkan, pemerintah Kabupaten Nabire telah diberikan dana oleh pemerintah pusat (Jakarta) untuk merenovasi beberapa taman di Nabire, termasuk Taman “Bunga Bangsa Papua”.

“Taman Bunga Bangsa Papua di Oyehe adalah taman yang sakral. Siapa pun dia tidak bisa ganggu gugat.  Di taman ini menyimpan derita dan kenangan sejarah bangsa Papua Barat. Di sana,  tempat orang Papua menyatakan harga diri, ” kata R.B Edoway, DAP Meepago usai pertemuan bersama tokoh-tokoh masyarakat Papua terkait  penataan Taman Bunga Bangsa itu.

Jadi, kata dia,  bangsa Papua Barat  tidak akan izinkan untuk menggusur semua kenangan sejarah bangsa Papua Barat.

Senada dengan dewan adat,   Zadrak Kudiay  Ketua KNPB, Wilayah Nabire mengatakan, menolak rencana itu.

Kata dia, dengan pertimbangan sejarah bangsa Papua Barat yang panjang, Taman Bunga Bangsa Papua Barat di Oyehe tidak bisa diganggu gugat oleh siapa pun, dengan gaya dan alasan apa pun rakyat tetap tidak akan izinkan.

Dalam Release itu dikatakan, sejarah Papua mencatat,  di lapangan Taman Bunga Bangsa Papua ini pada  1 Desember tahun 1999 pernah dilakukan  Upacara Kenegaraan Papua Barat.

Dikatakan, pada  saat itu rakyat Papua menaikan dua buah bendera di atas sebuah tiang besi yang besar dan tinggi, bagian kanan Bintang Fajar dan di kiri Merah Putih.

“Bendera itu dijaga oleh rakyat dan berkibar selama kurang lebih 8 bulan. Saat itu, tiga  orang ditembak mati dan puluhan lainnya luka-luka.  Tiga  orang itu dikuburkan di Taman Bunga Bangsa Papua dan tiang besi hingga saat ini masih ada dan harus terus ada,” tuturnya.

Saat itu, kata dia,  28 Pebruari 2000 sampai 4 Maret 2000 terjadi peristiwa  Nabire berdarah akibat pengibaran Bintang Kejora selama 8 bulan itu.  Ketika itu,  tiga orang ditembak mati dan belasan lainnya luka-luka. Mereka yang ditembak mati adalah Menase Erari, Maximus Bunai, dan Wellem Maniwarba.

“Kuburan mereka ada di taman ini.  Tidak mungkin ditutup atau dibuka. Mereka adalah pahlawan bangsa Papua Barat,” kata Kudiay.

(Sumber : Majalah Selangkah)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *