Menelaah Geologi Pulau Mowirin (Kapotar)
Nabire – Distrik Kepulauan Moora, kabupaten Nabire terdiri atas lima kampung yaitu Arui, Moor, Kamarisano, Mambor dan Hariti. Luas wilayah Distrik Kepulauan Moora yaitu 602 km2. Secara astronomis Distrik Kepulauan Moora terletak pada 1350 001 – 1360 151 BT dan 20 501 – 30 121 LS.
Kepulauan Moora pada masa pemerintahan Belanda disebut dengan Kepulauan Harleem atau dalam bahasa Mambor disebut dengan Nomini. Kepulauan Moora terdiri atas beberapa pulau yaitu Nuto Taragu, Mowirin/Nuto Kaputar (Kapotar), Nuto Ahe, Bao Afuee, Bao Hubae, Nuto Kunure, Nuto Here, Nuto Murayo, Nuto Aruy (Magarian), Nuto Harity (Notorere).
(Baca Juga : Menelusuri Keindahan Pulau Kapotar (Mowirin) Distrik Moora Nabire Papua Yang Hanya Ditinggali 1 Keluarga)
Geomorfologi Pulau Mowirin/Kapotar ini terbagi menjadi dua satuan geomorfologi yaitu satuan geomorfologi dataran litoral dengan kemiringan 0-20 dan satuan geomorfologi bergelombang litoral dengan kemiringan 500.
Geologi Pulau Mowirin/Kapotar tersusun oleh Formasi Terumbu Koral (Qc) yang terdiri dari litologi berupa Batu gamping Koral (Batu gamping Non Klastik) dengan deskiripsi secara megaskopis sebagai berikut warna putih kecoklatan, struktur fosifilerous,tekstur amorf, komposisi fosil berupa moluska, gastropoda.
Merupakan endapan dari koloni binatang laut antara lain dari Coelentrata, Moluska, gastropoda atau batu gamping ini sering juga disebut batu gamping koral karena penyusun utamanya adalah koral dan terangkat ke atas laut. Formasi Terumbu Koral berumur Plistosen Akhir – Holosen.
Pulau Mowirin/Kapotar tersusun atas formasi Terumbu Koral (Qc) yang terbentuk pada masa Kenozoikum, Zaman Tersier Kuarter, pada Kala Plistosen Akhir-Holosen dengan umur pembentukan berkisar antara 7 ribu tahun yang lalu sampai sekarang.
Yang menarik pada geologi Pulau Mowirin/Kapotar adalah terdapatnya fload atau material hasil sedimentasi yang berasal dari pulau besar Papua, sehingga diperlukan waktu dan dana serta metode yang benar lagi untuk mengungkap keberadaan adanya fload hasil transportasi berupa batuan beku dan batuan metamorf yang ada pada pulau tersebut.
Karena secara litologi keberadaan fload batuan beku dan metamorf pada pulau terdebut menimbulkan tanda tanya yang besar untuk memastikan sejarah pembentukan pulau tersebut. Karena menilik pada Geologi Lembar Enarotali bahwa pembentukan batu gamping koral pada pulau tersebut merupakan suatu proses pengangkatan dari laut dangkal sehingga membentuk pulau tersebut. Gejala ini masih berlangsung sampai sekarang.
[Nabire.Net/Hari Suroto]
Tinggalkan Balasan