Penyu Tempayan di Makimi Nabire Jadi Target Program Desa Binaan BBKSDA Papua

(Penyu Tempayan di Makimi Nabire Jadi Target Program Desa Binaan BBKSDA Papua)

Nabire, Kampung Makimi merupakan salah satu kampung pesisir yang berbatasan dengan Cagar Alam Tanjung Wiay di Kabupaten Nabire, Papua. Pada Selasa (23/03), Kepala Bidang KSDA Wilayah II Nabire Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua, La Ode Ahyar Thamrin Mufti, bersama tim mengunjungi Kampung Makimi. Kunjungan tersebut berkaitan dengan Kampung Makini yang menjadi target desa binaan konservasi, juga dalam rangka Road to HKAN – Hari Konservasi Alam Nasional 2021.

Ahyar menjelaskan, kunjungan kemarin bukanlah yang pertama. Pada waktu-waktu sebelumnya, Bidang KSDA Wilayah II Nabire telah beberapa kali berkunjung dan melihat potensi keanekaragaman hayati yang tinggi di Kampung Makimi.

Kampung Makimi memiliki pantai yang elok sepanjang sekitar enam kilometer, dan  merupakan tempat bersarang empat jenis penyu, yaitu penyu belimbing (Dermochelys coriacea), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu tempayan (Caretta caretta), dan penyu lekang (Lepidochelys olivacea). Di antara empat jenis penyu tersebut, yang paling sering bersarang di Pantai Kampung Makimi adalah penyu lekang. Namun, pada Maret 2021 muncul penyu tempayan bersarang di pantai Kampung Makimi secara menakjubkan. Berdasarkan data yang diperoleh tim Bidang KSDA Wilayah II Nabire, pada rentang waktu 5 – 22 Maret 2021, penyu tempayan bertelur 384 butir di pantai Kampung Makimi.

Terkait penyu, Ahyar memiliki target menanamkan kesadaran kepada masyarakat Kampung Makimi yang semula adalah pemburu penyu, menjadi peduli dan melindungi. Harapannya, program desa binaan konservasi dapat menjadi solusi yang baik untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kampung Makimi.

“Salah satu yang kami canangkan dalam program desa binaan di Kampung Makimi adalah wisata minat khusus. Ini akan terus kita dorong dan menjadi target kami di tahun 2021 ini. Saya pribadi melihat, jenis wisata minat khusus paling cocok diterapkan di Kampung Makimi, karena kita dapat mengambil dua manfaat sekaligus, yaitu memproteksi penyu-penyu, dan masyarakat memperoleh pendapatan dari kegiatan wisata itu.”

Lebih jauh Ahyar menjelaskan, bahwa masyarakat Kampung Makimi menyambut baik pencanangan desa binaan konservasi tersebut sebagai hal yang positif. Mereka juga telah memiliki kesadaran ingin melindungi dan melestarikan penyu-penyu tersebut. Ke depan, Ahyar bersama timnya akan menyediakan lembar penghitungan (tally sheet) untuk mendokumentasikan aktivitas penyu-penyu di pantai Kampung Makimi.

“Selama ini masyarakat belum punya dokumentasi, misalnya, berapa induk penyu yang bersarang atau bertelur di pantai itu, berapa jumlah telur keseluruhan dalam sekali musim, berapa yang berhasil dan gagal ditetaskan, pada titik koordinat berapa sarang itu ditemukan, dan seterusnya. Kami upayakan, ke depannya masyarakat mendokumentasikan itu semua dengan baik sehingga dapat menjadi bahan edukasi bagi kita semua,” kata Ahyar di akhir sesi wawancara.

[Nabire.Net/Balai Besar KSDA Papua/Menlhk]


Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *