INFO PAPUA
Home » Blog » Peningkatan Pengelolaan Lahan di Daerah Penyangga Cagar Alam Pegunungan Cycloop Melalui Pelibatan Masyarakat Lokal Dengan Pengembangan Livelihood

Peningkatan Pengelolaan Lahan di Daerah Penyangga Cagar Alam Pegunungan Cycloop Melalui Pelibatan Masyarakat Lokal Dengan Pengembangan Livelihood

(Peningkatan Pengelolaan Lahan di Daerah Penyangga Cagar Alam Pegunungan Cycloop Melalui Pelibatan Masyarakat Lokal Dengan Pengembangan Livelihood)

Jayapura – Hasil pemantauan yang dilakukan oleh Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya Alam (BBKSDA) Papua pada tahun 2015, ditemukan bahwa telah terjadi gangguan dan ancaman yang intensif, berupa perubahan fungsi lahan, perburuan liar, dan perambahan untuk keperluan kebun campur, pemukiman dan jalan. Ratusan (mungkin ribuan) orang migran telah merambah lereng selatan Cagar Alam Pegunungan Cycloop (CAPC).

Ratusan hektar lahan menjadi kritis dan berpeluang menyebabkan erosi, longsor dan banjir. Kegiatan bercocok tanam pada lereng-lereng bukit sudah menjadi kebiasaan sebagian besar masyarakat migran di daerah asalnya. Sehingga ketergantungan masyarakat terhadap lahan menjadi sangat kuat, namun tidak diimbangi dengan penerapan upaya konservasi terhadap hutan, lahan dan air. Salah satu dampak nyata yang terjadi akibat perubahan masif pada lingkungan tersebut terlihat ketika terjadinya tragedi alam (banjir bandang) di Kabupaten Jayapura pada tanggal 16 Maret 2019.

Sejalan dengan berbagai alternatif kebijakan yang dilakukan sebagai upaya memperbaiki kembali berbagai kerusakan lingkuangan yang terjadi sepanjang area kawasan penyangga CAP Cycloop. Salah satu bentuk pengabdian kepada mayarakat melalui program pengabdian kepada masyarakat (PKM) yang mana merupakan salah satu dari tugas pokok dosen yakni Pengajaran, Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat. Melalui Program Kemiteraan Masyarakat kami mencoba untuk melakukan suatu kegiatan sebagai alternatif solusi dalam memperbaiki kerusakan lingkungan tetapi juga sebagai upaya peningkatan ekonomi kemasyarakatan bagi masyarakat lokal yang berada sepanjang kawasan peyangga cagar alam pegunungan Cycloop yang ada di Kota Jayapura dan Kabupaten Jayapura yaitu kegiatan Peningkatan Pengelolaan Lahan Di Daerah  Peyangga Cagar Alam Pegunungan Cycloop Melalui Pelibatan Kelompok Masyarakat Lokal  Dengan Pengembangan Livelihood (Bunga Hias, Potong Dan Vavili).

Fokus dari program ini adalah untuk mengoptimalkan pemanfaatan lahan di daerah penyangga untuk kepentingan ekologi dan ekonomi, serta melibatkan unsur sosial budaya masyarakat setempat. Lokasi dan mitra yang dipilih dalam menjalankan kegiatan ini adalah Kelompok Masyarakat yang ada di Jalan Lembah Sunyi Kelurahan Angkasapura Distrik Jayapura Utara, kelompok masyarakat di Kelurahan Entrop Distrik Jayapura Selatan dan  Kelurahan Yabansai Distrik Heram Kota Jayapura. Selain budidaya bunga potong dan bunga hias sebagai komoditas unggulan untuk mengalihkan mata pencaharian, dilakukan juga pengembangan agroforestri dengan budidaya vanili. Harapannya, masyarakat migran yang telah merambah ke dalam kawasan akan tertarik dan beralih menekuni mata pencaharian ini serta keluar dari dalam kawasan dan ikut berperan aktif dalam pengelolaan daerah penyangga.

Selain itu strategi yang diterapkan adalah meningkatkan sumber mata pencaharian kelompok masyarakat lokal dan migran di daerah penyangga dengan budidaya bunga potong dan agroforestri vanili. Kegiatan ini dilakukan dengan menggabungkan aspek ekologi, ekonomi dan sosial budaya sebagai salah satu opsi untuk mengatasi masalah di atas dengan melakukan pengelolaan lahan di daerah penyangga melalui pelibatan kelompok masyarakat lokal (mitra) dengan menciptakan sumber-sumber mata pencaharian yang berkelanjutan sehingga masyarakat dapat diberdayakan secara ekonomi.

Dengan adanya peningkatan pemberdayaan masyarakat (mitra) secara ekonomi melalui pengembangan komoditi bunga dan vanili di kawasan penyangga, maka secara tidak langsung terjadi penurunan aktivitas dan eksploitasi dalam kawasan CAPC.  Dampak dari kegiatan ini adalah telah dihasilkannya 5 (lima) orang pelopor (champion) konservasi, terdapat ±100 orang  terlatih melalui berbagai pelatihan, ±400 orang telah menerima manfaat dari kegiatan ini secara langsung. Meski demikian, produk bunga dan vanili telah dikembangkan oleh masyarakat belum dapat dipasarkan secara maksimal karena masih dalam tahap pengembangan dan perlu upaya pendampingan lebih lanjut dari berbagai pemangku kepentingan baik pemerintah, OPD terkait, maupuan pihak stakeholder lainnya sehingga program ini dapat tercapai dengan baik.

*Penulis : Edoward Krisson Raunsay, S.Pd., M.Si ; Evie Lilly Warikar, S.Si.,M.Sc ; Dolfina Costansah Koirewoa, S.Pd.,M.Pd

[Nabire.Net]

Post Related

Leave a Reply

Your email address will not be published.