Kilas Balik Nabire 2019 : Pemilu 2019 Di Nabire Dinilai Semrawut & Penuh Kecurangan

(Anak Sekolah Bisa Mencoblos Berkali-Kali Di Salah Satu TPS Di Kelurahan Kalibobo Nabire)

Nabire – Salah satu agenda besar yang dilaksanakan secara nasional di tahun 2019 yaitu Pemilihan Umum yang memilih Presiden dan Wakil Presiden serta para wakil rakyat.

Pemilu yang dilaksanakan April 2019 lalu, menyita perhatian semua pihak dari berbagai golongan. Bahkan pemilu tersebut bisa dibilang pemilu yang menyedot tensi, bahkan jauh-jauh hari sebelum pelaksanaannya dimulai.

(Baca Juga : Pemilu 2019 Di Nabire : Warga Laporkan Banyaknya Kecurangan & Proses Pencoblosan Yang Semrawut)

Demikian halnya di Nabire. Pemilu 2019 paling banyak menjadi pergunjingan dan diskusi warga Nabire sepanjang tahun ini.



Perbincangan tentang Pemilu seakan tak ada habisnya, baik di rumah sendiri, rumah tetangga, lingkungan sekitar bahkan hingga di dunia maya.

Namun ada sedikit perbedaan pada pelaksanaan Pemilu 2019 di Nabire. Jika di daerah lain, tensi tinggi lebih kepada Pemilu Presiden, di Nabire justru sebaliknya. Orang lebih tertarik dengan Pemilu Legislatif.

Bukan hanya berbicara siapa saja wakil rakyat yang akan duduk di Parlemen, warga Nabire juga berbicara tentang berbagai kecurangan dan kesemrawutan yang terjadi selama Pemilu 2019 khususnya Pemilu Legislatif.

Pelaksanaan Pemilu 2019 di kabupaten Nabire sarat dengan keluhan dan kecaman warga, terkait pelaksanaan pemungutan suara atau pencoblosan yang semrawut serta banyak indikasi terjadinya kecurangan.

Dari sejumlah laporan yang diterima Nabire.Net, kecurangan seperti money politic, formulir C6 yang tidak diterima warga, formulir C6 yang berbeda dengan identitas warga, pencoblosan oleh anak dibawah umur, pencoblosan berkali-kali, hingga pencoblosan surat suara yang sudah dilakukan sebelum hari pencoblosan, dugaan keterlibatan anggota KPPS untuk memenangkan partai/caleg tertentu, dan masih banyak lagi.

Selain itu kondisi ini diperparah dengan adanya DPT yang berisi warga Nabire yang sudah meninggal, surat suara di sejumlah TPS yang sudah habis dan berdampak pada tutupnya sejumlah TPS lebih awal, lokasi TPS yang tidak sesuai formulir C6, warga yang dipindah ke lokasi TPS lain yang tidak sesuai dengan DPT-nya dan lain sebagainya.

Terkait hal ini, warga Nabire menyatakan kekecewaan terhadap penyelenggara Pemilu dari KPU hingga KPPS. Warga merasa persoalan ini seharusnya bisa diantisipasi jika ada ketegasan dari penyelenggara Pemilu.

Penyelenggara Pemilu tentu harus belajar dari pengalaman-pengalaman Pemilu sebelumnya. Namun kondisi yang masih sama terjadi tentu membuat warga Nabire menilai bahwa penyelenggara Pemilu tidak pernah serius menyelenggarakan Pemilu dengan baik.

[Nabire.Net]

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *